Jakarta, Aktual.com — Koordinator Sukarelawan Indonesia untuk Perubahan, Dimas Oky Nugroho, meminta Presiden Joko Widodo melakukan konsolidasi politik pada semester awal di tahun kedua pemerintahannya. Ia menyoroti demikian sebab kerja pemerintahan baru hasil pemilihan presiden 2014 masih terganggu kontradiksi dan tarik-menarik kepentingan elite di dalam kabinetnya sendiri.
“Yang diperlukan Jokowi adalah menertibkan berbagai kontradiksi baik di lingkaran Istana maupun dalam kabinet yang setahun ini pertarungannya masih berlangsung, dan lalu membangun sebuah rejim politiknya sendiri guna mensukseskan pemerintahan yang dipimpinnya,” terang Dimas dalam konferensi pers ‘Setahun Revolusi Mental’ di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (20/10).
Menurutnya, apa yang dialami pemerintahan Jokowi ditahun pertama sebenarnya sama dengan rezim politik Susilo Bambang Yudhoyono. Yakni adaptasi ditahun pertama pemerintahannya. Masa yang disebutnya terjal, tarik-menarik, bahkan berbahaya, sebab berkaitan dengan rekonfigurasi kekuatan politik efektif yang sungguh-sungguh dapat diandalkan untuk membantu penguatan rejim politik saat itu.
Konsolidasi politik itu sepenuhnya ditangan Jokowi, sebab mantan Walikota Solo itulah yang menerima mandat rakyat sebagai presiden pada Pilpres 2014 lalu. Secara umum, Dimas membagi dalam tiga ruang politik yang harus segera dibenahi dan dikonsolidasikannya di tahun kedua pemerintahannya secara segera dan simultan.
Pertama, ruang politik dalam istana yang melibatkan orang-orang lingkar satu yang harus kompeten, jujur dan terpercaya. Kedua, ruang politik dalam kabinet yang melibatkan orang-orang partai dan profesional. Dan, ketiga, ruang politik di luar istana luar kabinet yang melibatkan segenap masyarakat politik dan masyarakat sipil.
Pada dua ruang politik pertama Presiden harus segera mengkonsolidasikan kekuatan politik Presiden dengan indikator jelas yakni loyalitas tegak lurus kepada NKRI dan kepada Presiden Jokowi sendiri, serta kapasitas dan integritas yang tinggi.
Di ruang politik ketiga yang dikelola adalah dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, di mana yang ditunggu adalah realisasi program-program pemerintah untuk rakyat, sekaligus memobilisasi segenap potensi sosial politik yang tersedia.
“Konsolidasi kekuatan politik sebuah pemerintah memang sebaiknya didukung oleh sebuah atau koalisi partai tengah atau partai pemerintah yang kokoh. Namun jika tidak terbangun, maka solusinya membangun kekuatan politik beyond party,” kata dia.
“Bisa lintas partai, bisa kaum akademisi dan profesional. Syaratnya adalah punya kemampuan, cinta pada bangsa ini, tidak gila pencitraan atau cari aman serta loyal pada Presiden. Terutama harus berjiwa merah putih,” sambung Dimas.
Artikel ini ditulis oleh: