(ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeli saham Freeport 51% dinilai hanya untuk mencari dukungan Amerika Serikat (AS) jelang Pilpres 2019. Meski lebih condong ke China komunis, justru karena Jokowi ingin ”deal” cepat dengan Freeport agar mendapat dukungan.

Demikian pandangan aktivis senior Gerakan 1998 Bennie Akbar Fatah, akademisi Universitas Paramadina Herdi Sahrasad dan Nehemia Lawalata, tokoh GMNI Indonesia Timur.

Hanya saja langkah Jokowi itu bisa sia-sia karena AS ingin perubahan dan ogah Indonesia kembali dipimpin anak buah Megawati di PDIP. AS atau Barat tidak akan dukung Jokowi yang dianggap AS/Barat sudah ngeblok maupun sebagai sekutu China.

”Jokowi memang kesulitan untuk mendapat dukungan AS/Uni Eropa/Jepang karena sudah ngeblok ke China. Secara geopolitik dan geostrategis, NKRI era Jokowi jadi rentan dan rawan karena dijauhi/dicurigai AS/Barat akibat ngeblok ke China, malah sudah tergantung ke China,” ujar Herdi.

Bennie dan Lawalata menilai pendapat Prof Rhenald Kasali yang sebut AS marah besar saat Jokowi mulai eksekusi Beli Freeport, sebagai mengada-ada dan ngawur.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid