Jakarta, Aktual.com — Pada masa kampanye pemilihan presiden 2014 lalu, ada dua senjata Jokowi yang kemudian menjadikannya terpilih sebagai Presiden RI. Dua kata itu adalah konsep Nawacita dan Trisakti yang akan dijalankan apabila ia terpilih menjadi Presiden RI.

Nyatanya, konsep hanya semata konsep diatas kertas. Sejak awal pemerintahannya Jokowi justru menjalankan roda pemerintahannya jauh dari dua konsep tersebut. Jokowi terkesan ngemis-ngemis ke negara lain untuk menanamkan sahamnya di Indonesia.

“Ada banyak pernyataan Jokowi, bahwa dia ingin membangun negeri ini dengan Nawacita dan Trisakti. Artinya apa, bahwa dia (Jokowi) ingin berdikari dengan kekuatannya sendiri tanpa mengandalkan, apalagi ngemis, kepada negara tetangga atau negara lain,” kritik Sebastian Salang, Koordinator FORMAPPI dalam diskusi ‘1 Tahun Rezim Jokowi: Kemanakah Rezim ini Akan Melangkah?’ di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (26/10).

Sebastian menyinggung saat Jokowi sudah kemana-mana untuk mengajak negara lain menanamkan investasi di Indonesia. Lucunya, itu dilakukan pada saat umur pemerintahannya belum genap sebulan saat itu. Apa yang dilakukan Jokowi terkesan sangat merendahkan Indonesia dari negara lain.

“Pada saat sebulan dilantik justru dia kemana-mana, dalam tanda petik seperti menjelaskan kepada bangsa-bangsa lain, marilah kalian bangsa asing datanglah ke Indonesia. Ini jadi catatan buram yang lain,” jelasnya.

“Dan faktanya sampai sekarang, upaya menghadirkan investor itu belum pernah berhenti. Kemana-mana Pak Jokowi selalu berusaha menghadirkan investor asing. Kita tidak menyatakan bangsa ini harus menutup diri dari negara lain, tidak, tetapi ada gap dengan pernyataan dan tindakan,” lanjut Sebastian.

Ia mengutip pernyataan keras Buya Syafei Maárif terkait hal ini. Suatu saat, Buya pernah menyampaikan hilangnya pemimpin Indonesia yang kata-kata yang diucapkan dan tindakannya sejalan.

“Antara kata dan perbuatan tidak sejalan, itu catatan yang sangat serius, itu yang terajdi sekarang,” tutup Sebastian.

Artikel ini ditulis oleh: