Survei nasional ini dilakukan sebanyak 1200 dipilih berdasarkan multi stage random sampling. Metodenya dengan cara wawancara tatap muka dilakukan serentak di 34 propinsi dari tanggal 28 April sampai tanggal 5 Mei 2018.

Margin of error (MoE) survei ini adalah plus minus 2.9 persen. Survei dilengkapi dengan riset kualitatif seperti FGD, media analisis, dan depth interview narasumber. Survei ini juga ditambah dengan metode expert judgement untuk mengukur kelayakan cawapres.

Meski masih kuat, lanjut dia, elektabilitas Jokowi pun masih dibawah 50 persen. Artinya sebagai petahana, angka elektabilitas tersebut belum aman untuk terpilih kembali sebagai presiden di 2019. “Jokowi masih terkuat namunmasih goyah,” kata dia.

LSI Denny JA, lanjut dia, telah menemukan bahwa ada lima alasan mengapa Jokowi kuat namun makin goyah. Pertama, attacking campaign sudah dimulai dan tampaknya makin terstruktur dan massif. Salah satu simbol gerakan perlawanan yang mulai massif adalah tagar 2019 ganti presiden. Meski baru sekitar sebulan dikampanyekan, #2019 ganti presiden sudah populer.

“Sekitar 50.8 persen publik menyatakan pernah mendengar kampanye #2019 ganti presiden. Dari separuh publik yang pernah mendengar kampanye ini, sebesar 49.8 persen menyatakan bahwa mereka suka dengan kampanye tersebut,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara