Metode ini diawali dengan menentukan enam indeks kelayakan cawapres. Keenam indeks tersebut antara lain: pertama, cawapres menambah dukungan elektabilitas. Kedua, cawapres menambah kecukupan partai. Ketiga, cawapres menambah kapasitas kemampuan memerintah. Keempat, akseptabilitas cawapres oleh capres/kenyamanan berpasangan. Kelima, cawapres adalah tokoh yang mengakomodasi kelompok politik penting (suku,agama,sipil/militer dll). Keenam, cawapres menambah dana kampanye.
“Keenam indeks ini kemudian dinilai oleh para ahli yang berjumlah 30 orang (akademisi, peneliti, media dll). Setiap indeks ada skornya antara 1-10 yang akan diberikan ke setiap cawapres yang dinilai. Setiap ahli memberikan skornya setiap indeks untuk setiap cawapres. Skor yang dicantumkan dalam slide presentasi ini adalah skor rata-rata dari 30 ahli yang telah dibulatkan,” katanya.
Lalu, siapakah cawapres potensial dari Jokowi dari unsur partai? Ada enam tokoh yang dinilai para ahli untuk kategori ini. Mereka adalah Airlangga Hartarto (Golkar), Budi Gunawan (PDIP), Hari Tanoesoedibyo (Perindo), Puan Maharani (PDIP), Oesman Sapta Odang (Hanura), dan Surya Paloh (Nasdem). Hasilnya ada 3 (tiga) cawapres yang memperoleh skor tertinggi dari keenam nama tersebut. Tiga tokoh tersebut berturut-turut adalah Airlangga Hartarto (34), Budi Gunawan (32), dan Puan Maharani (31).
Tiga nama cawapres potensial Jokowi dari unsur militer secara berturut-turut adalah Moeldoko (34), Agus Harimurti Yudhoyono (33), dan Gatot Nurmantyo (31). Tiga nama cawapres potensial dari unsur Islam berturut-turut adalah TGB Zainul Majdi (37), Muhaimin Iskandar (36), dan Romahurmuziy (35). Siapakah cawapres potensial Prabowo? Ada 7 (tujuh) nama yang dinilai oleh para ahli. Kedelapan nama tersebut adalah Anies Baswedan (Gubernur Jakarta), Agus Harimurti Yudhoyono (Demokrat), Ahmad Heryawan (Gubernur Jabar/PKS), Din Syamsuddin, Gatot Nurmantyo (Mantan Panglima TNI), Muhaimin Iskandar (Ketum PKB), TGB Zainul Majdi (Gubernur NTB/Demokrat), dan Zulkifli Hasan (Ketum PAN).
Tiga nama teratas sebagai calon potensial Prabowo adalah berturut-turut Ahmad Heryawan (37), Muhaimin Iskandar (36), dan TGB Zainul Majdi (35). Siapakah cawapres potensial Gatot Nurmantyo? Ada 6 (enam) nama yang diuji ahli sebagai cawapres Gatot. Keenam nama tersebut adalah Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono, Ahmad Heryawan, Muhaimin Iskandar, TGB Zainul Majdi dan Zulkifli Hasan. Tiga nama teratas sebagai cawapres potensial Gatot berturut-turut adalah Muhaimin Iskandar (38), Agus Harimurti Yudhoyono (37), dan Ahmad Heryawan (36).
Tersisa 11 bulan menuju Pipres 2019. Memang saat ini Jokowi merupakan capres terkuat. Namun sejarah pemilu di Indonesia membuktikan bahwa tak sedikit petahana yang sangat kuat dan perkasa jauh sebelum pemilu akhirnya kalah saat pemilihan. Megawati adalah petahana yang unggul telah diatas 40 % dari kompetitor terdekatnya termasuk SBY, 11 bulan menjelang Pilpres 2004.
Namun akhirnya kalah oleh SBY di pilpres dua putaran pada tahun 2004. Basuki Tjahaja Purnama (AHOK) adalah petahana yang perkasa dengan keunggulan sekitar 45 % dengan para pesaingnya 11 bulan menjelang pilkada gubernur Jakarta 2017. Namun akhirnya kalah oleh Anies Baswedan di saat pemilihan. Bibit Waluyo adalah petahana saat Pilgub Jawa Tengah 2013 dengan keunggulan sekitar 35 % dari pesaing terdekatnya 11 bulan menjelang pilkada Jawa Tengah. Namun akhirnya kalah oleh Ganjar Pranowo di saat
pemilihan. Fauzi Bowo adalah petahana pada Pilgub Jakarta 2012. 11 bulan menjelang pilkada, Fauzi Bowo masih unggul sekitar 37 % dengan para pesaing terdekatnya termasuk Jokowi. Namun Fauzi Bowo akhirnya kalah di saat pemilihan oleh Jokowi.
(Wisnu)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara