Jakarta, Aktual.com — Sekretaris Jenderal Himpunan Masyarakat untuk Kemanusiaan dan Keadilan (Humanika), Sya’roni menilai kualitas negosiasi Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said sangat lemah.
Seperti diketahui, Kementerian ESDM telah memberikan ijin eksport konsentrat kepada PT. Freeport tanpa uang jaminan pembangunan smelter sebesar USD 530 juta.
“Sikap luluh Menteri ESDM Sudirman Said yang akhirnya memberikan izin ekspor konsentrat tanpa adanya uang jaminan pembangunan smelter sebesar USD 530 juta kepada Freeport, menunjukkan kadar kualitas bernegosiasinya sangat lemah sekali,” ujar Sya’roni di Jakarta, Jumat (12/2).
Menurutnya, ini adalah kali ketiga rezim Jokowi memberikan izin ekspor konsentrat. Dan dalam waktu itu pula, kata Sya’roni, Freeport hanya memberikan angin surga akan menuntaskan pembangunan smelter.
“Namun kenyataannya, hingga sekarang baru 14 persen saja kemajuannya. Apalagi soal pembahasan uang jaminan tidak jelas kapan waktunya,” tuturnya.
Sya’roni menilai Freeport hanya mengejar keluarnya izin ekspor, tetapi tidak mengindahkan perintah undang-undang Indonesia. Namun sayangnya, sambung dia, sikap Freeport selalu ditolelir oleh Menteri ESDM.
“Sikap Menteri ESDM yang selalu menuruti kemauan Freeport merupakan potret betapa lemahnya bargaining Presiden Jokowi di hadapan Freeport. Ternyata presiden tidak berkutik menghadapi Freeport,” cetusnya.
Sya’roni menambahkan, jika uang jaminan tidak segera ditagih, bisa diprediksi Freeport tidak akan menyelesaikan smelter.
“Freeport akan lebih memilih untuk bernegosiasi mendapatkan izin ekspor konsentrat setiap 6 bulan sekali daripada membangun smelter. Karena terbukti selama ini pemerintah Indonesia sangat lemah dalam bernegosiasi,” tandasnya.
Artikel ini ditulis oleh: