Jakarta, Aktual.com – Politikus PDI Perjuangan Eva Sundari mengakui banyak cela yang digunakan partai politik lain atau pihak tertentu untuk ‘menceraikan’ Joko Widodo (Jokowi) dari partai banteng.
Salah satu celah yang digunakan, terkait pencalonan Komjen Pol Budi Gunawan (BG) dulu sebagai Kapolri. Dimana Jokowi dianggap tidak mematuhi perintah Ketum DPP PDI P Megawati Soekarnoputri yang ingin BG menakhodai Korps Bhayangkara.
“Memang banyak plot-plot untuk mengadu Jokowi dengan PDI-P. Sejak awalah orang yang mencoba menceraikan PDI-P dengan Jokowi dan sebaliknya,” kata lulusan Economics and Development Economics, University of Nottingham, Inggris itu dalam acara diskusi, di Komplek Parlemen, Senayan, Kamis (28/7).
Anggota Komisi XI DPR RI ini membeberkan, sebenarnya tidak benar ada ‘kerenggangan’ seperti yang dilihat publik antara Jokowi dengan PDI-P yang mengusung di Pilpres. Kesan itu, diakuinya muncul karena sejak awal PDI-P, khususnya Megawati, sudah menjaga jarak dengan Jokowi yang sudah menjabat sebagai Presiden RI. Alasannya: agar tidak muncul stigma negatif oleh publik.
“Jadi kalau kemudian kita dilihatnya tidak dijauhin, ya memang kita menjaga jarak ibu. Ada banyak kasus yang tidak bisa saya ceritakan bagaimana ibu tidak mau dibaca sebagai orang yang mendikte, ngga mau dibaca sebagai intervensi,” ujar dia.
Sindir Tokoh Parpol Lain ‘Ngebet’ Tempel Jokowi
Sembari menekankan sebagai ‘kesaksian’, kata Eva, Megawati punya kesadaran protokoler yang tinggi. Sehingga tidak akan seenaknya saja ‘selong boy’ menemui Jokowi ke Istana. “Pokoknya kalau tidak dipanggil (diundang) tidak akan mau,” kata dia.
Sikap Mega, ujar Eva, berbeda dengan pemimpin parpol lain yang sampai nekat mencegat Jokowi saat tengah berkunjung ke luar negeri. “Ngga dipanggil ngga ada apa main cegat aja (Jokowi) di luar negeri. Sampai kaget dubesnya ‘kok sudah sampai di sini’. Saking ngebetnya untuk nempel (Jokowi). Itu bukan kelakuan bu Mega,” ujar Eva, yang enggan menyebut nama tokoh yang disindirnya.
Sambung dia, “Tolong dibandingkan (sikap Mega) ‘apple to apple’ dengan beberapa parpol dan pemimpin parpol walau statement luarnya mengatakan A tetapi perilaku di luarnya jauh beda,” sindir dia. (Novrizal Sikumbang)
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang