Medan, Aktual.com —  Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (atau PHRI) Sumatera Utara menegaskan, restoran nasional akan tetap bisa eksis meski persaingan semakin ketat menyusul dibukanya 100 persen bisnis itu untuk asing.
“Pondasi usaha restoran nasional di dalam negeri dinilai sudah kuat bahkan sudah terbukti juga bisa bersaing di luar negeri. Jadi dibukanya 100 persen bisnis itu untuk asing tidak terlalu meresahkan,” demikian Ketua PHRI Sumut, Denny S Wardhana, kepada jurnalis media, di Medan, Jumat (12/02).
Dia mengatakan, hal itu menanggapi soal dikeluarkannya Paket Kebijakan ke -X Presiden Joko Widodo yang antara lain membolehkan investasi asing 100 persen antara lain di usaha restoran dan bar.
Menurut dia, asumsi kuatnya restoran nasional menghadapi persaingan karena melihat masih tingginya rasa nasionalisme terhadap usaha di bidang makanan dan minuman tersebut.
Rasa nasionalisme akan membuat konsumen tetap cenderung memilih restoran yang dimiliki pengusaha nasional.
Tetapi, katanya, diakui, untuk tetap bisa bertahan bahkan lebih eksis, pengusaha restoran nasional memang harus menjalankan tiga prinsip utama yang dilakukan perusahaan asing dalam bisnis makanan/minuman itu.
Prinsip pertama adalah soal terjaganya kualitas produk. Sementara yang kedua adalah pemberian pelayanan yang terbaik dan ketiga menyangkut kebersihan.
“Kalau tiga hal itu bisa dijaga.PHRI yakin pengusaha nasional bisa bertahan dan eksis,” kata Denny yang juga Presiden Manager Hotel Garuda Plaza Medan.
Dalam hal pelayanan, kata dia, PHRI meminta agar pemilik usaha mengikutsertakan pekerjanya dalam proses mendapatkan sertifikasi.
Penguasaan bahasa asing misalnya sudah harus menjadi salah satu persyaratan yang perlu dimiliki pekerja.
Penguasaan bahasa asing, kata dia, sudah diterapkan atau dilakukan di negara asing pascaera global.
Bahkan sejak era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), pekerja asing seperti Vietnam dan Thailand sudah banyak yang belajar dan pintar Bahasa Indonesia.
Alasan para pekerja itu, Indonesia termasuk tujuan utama untuk mencari pekerjaan.
“Jadi kalau pekerja Sumut tidak mengikuti langkah pekerja dan pengusaha asing itu, tentunya kekuatan bisa ambruk juga dan akhirnya akan tergerus sendiri,” kata ia menutup pembicaraan.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara