Jakarta, aktual.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya kerjasama dan tindakan konkret sebagai langkah strategis dalam mengatasi ancaman perubahan iklim yang semakin meningkat.
“Dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang makin mengancam saat ini, kolaborasi sangat penting dan langkah strategis konkret sangat dibutuhkan. Tanpa itu tidak mungkin bagi kita untuk menjamin keberlanjutan dan satu-satunya bumi yang kita cintai,” kata Jokowi ketika menyampaikan kuliah umum di Universitas Standford, San Francisco, AS, Rabu (15/11), seperti dikutip dalam
keterangan tertulis Biro Pers Sekretariat Presiden di Jakarta, Kamis (16/11).
Dia menyatakan bahwa Indonesia telah berkomitmen untuk mengatasi perubahan iklim dan melaksanakan program transisi energi dengan mengurangi emisi sebesar 91,5 juta ton.
Selain itu, deforestasi di Indonesia telah berhasil ditekan hingga 104.000 hektare, sementara 77.000 hektare hutan telah direhabilitasi, dan 34.000 hektare hutan bakau direstorasi dalam satu tahun.
“Untuk Indonesia, tidak perlu ragu dan tidak perlu dipertanyakan komitmen kami. Indonesia walks the talk, not talk the talk,” kata Presiden Jokowi.
Meskipun demikian, dia menyatakan bahwa Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya masih menghadapi tantangan signifikan dalam melaksanakan transisi energi, khususnya terkait transfer teknologi dan pembiayaan.
“Ini lah yang menjadi tantangan dan sering menyulitkan negara-negara berkembang, karena itu Indonesia ingin memastikan bahwa transisi energi juga menghasilkan energi yang bisa terjangkau oleh rakyat, bisa terjangkau oleh masyarakat,” kata Jokowi.
Selanjutnya, Presiden berpendapat bahwa pendanaan iklim yang diberikan kepada negara-negara berkembang guna mendukung transisi energi seharusnya bersifat pembangunan, bukan hanya sebagai beban utang.
“Sampai saat ini yang namanya pendanaan iklim masih business as usual, masih seperti commercial banks. Padahal seharusnya lebih konstruktif, bukan dalam bentuk utang yang hanya akan menambah beban negara-negara miskin maupun negara-negara berkembang,” ujar dia.
Dalam ceramah umum itu, Presiden Jokowi menjelaskan berbagai langkah yang telah diambil oleh Indonesia untuk beralih ke energi yang lebih berkelanjutan. Salah satu contohnya adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung yang baru-baru ini diresmikan di Waduk Cirata, Provinsi Jawa Barat.
“Ini terbesar di Asia Tenggara, pembangkit listrik tenaga surya yang kita miliki baru saja kita buka dengan kapasitas 192 megawatt,” ujar dia.
Ke depan, kata Jokowi, upaya serupa akan terus dilakukan Indonesia untuk menjaga lingkungan dan melakukan transisi energi, seperti halnya yang akan diterapkan di Ibu Kota Nusantara (IKN).
IKN dibangun sebagai ibu kota baru Indonesia dengan desain kota pintar berbasis hutan, yang nantinya disebut akan menggunakan energi hijau dari matahari dan air.
“Dan supaya saudara-saudara tahu bahwa yang pertama kali kita bangun saat akan membangun Ibu Kota Nusantara ini adalah membangun nursery center, membangun botanical center yang berkapasitas 15 juta bibit pohon per tahunnya yang itu nanti akan kita tanam setiap tahunnya di Ibu Kota Nusantara dan di Pulau Kalimantan,” tutur dia.
Oleh karenanya, Kepala Negara menyebut bahwa ke depan akan menjadi sebuah gagasan yang bagus jika mahasiswa Universitas Stanford bisa berkesempatan untuk mengunjungi IKN dan melihat secara langsung proses serta perkembangan pembangunan di sana.
“Mungkin di sana bisa melakukan riset secara kilat dan belajar tentang sisi keberlanjutan dalam membangun sebuah green city,” kata Jokowi.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain