Tangkapan layar - Presiden Joko Widodo saat Peresmian Pembukaan R20 International Summit of Religious Authorities, Jakarta, 27 Nov 2023 (Youtube Sekretariat Presiden).

Jakarta, aktual.com – Pemerintah terus berusaha mencapai target nol emisi karbon atau Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 di Indonesia. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa Indonesia memerlukan investasi melebihi dari US$ 1 triliun atau setara dengan Rp 15.433 triliun (dengan kurs Rp 15.433).

Oleh karena itu, Jokowi mengundang berbagai pihak, termasuk mitra bilateral, sektor investasi swasta, lembaga filantropi, dan negara-negara sahabat untuk bekerjasama dalam mendanai inisiatif nol emisi karbon di Indonesia. Pernyataan ini disampaikannya dalam Forum KTT Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim (COP ke-28) yang diadakan di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).

“Indonesia mengundang kolaborasi dari mitra bilateral investasi swasta, dukungan filantropi, dan dukungan negara-negara sahabat. Target Paris agreement dan NZE hanya bisa dicapai jika kita bisa menuntaskan masalah pendanaan transisi energi ini. Dari situlah masalah dunia bisa diselesaikan,” kata Jokowi dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (3/12).

Jokowi meyakini bahwa banyak negara berkembang memiliki posisi yang serupa dengan Indonesia. Oleh karena itu, kerja sama yang bersifat kolaboratif dan inklusif dibutuhkan, yang diwujudkan dalam tindakan konkret untuk mencapai hasil yang nyata.

Ia juga mengacu pada beberapa platform pendanaan yang dapat mempermudah para investor, seperti bursa karbon, mekanisme keuangan seperti sukuk transisi energi dan obligasi hijau, serta pengelolaan dana lingkungan hidup melalui pembayaran berbasis hasil (Result-Based Payment).

Sebaliknya, bank pembangunan dunia, yang dikenal sebagai Multilateral Development Banks (MDBs), diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pendanaan untuk transisi energi dengan tingkat bunga yang rendah.

Dalam konteks ini, Jokowi mencatat berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk mengurangi emisi karbon, termasuk perbaikan dalam pengelolaan hutan dan penggunaan lahan lainnya (forest and other land use/FOLU), serta percepatan dalam beralih ke sumber energi terbarukan.

Indonesia berhasil mencapai tingkat deforestasi terendah dalam dua dekade terakhir. Prestasi ini juga disertai dengan pembangunan persemaian dalam skala besar yang sudah dimulai dan menunjukkan efektivitas dalam produksi.

“Pengembangan energi baru terbarukan terutama energi surya, air, angin, panas bumi, dan arus laut, serta pengembangan biodiesel, bioetanol, dan bioavtur juga makin luas. Saya baru saja meresmikan Cirata floating Solar Power PLTS terbesar di Asia Tenggara menghasilkan 192 MW hasil kerja sama Indonesia dengan Uni Emirat Arab,” lanjutnya.

Jokowi menyatakan bahwa segala upaya tersebut memerlukan pendanaan yang signifikan. Negara-negara sedang berkembang tidak dapat melaksanakannya secara mandiri. Oleh karena itu, Indonesia memerlukan investasi melebihi US$ 1 triliun untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

“Target Paris agreement dan NZE hanya bisa dicapai jika kita bisa menuntaskan masalah pendanaan transisi energi ini. Dari situlah masalah dunia bisa diselesaikan,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain