Presiden Jokowi

Jakarta, Aktual.com – Presiden Joko Widodo menyebut media sosial (medsos) bagai media tanpa redaksi yang membuat siapapun bisa menyampaikan aspirasi dengan lebih mudah.

“Tersedianya teknologi informasi khususnya sosial media memberi kesempatan warga negara untuk menyampaikan aspirasi, membuat pemimpin lebih mudah mendengar rakyat, interaksi sosial lebih mudah dan gampang. Tapi bagai media tanpa redaksi,” kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Sentul International Convention Center (SICC), Babakan Madang, Bogor, Sabtu (10/3).

Menurut dia media sosial kerap digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang merugikan termasuk menyampaikan berita bohong, hoaks, tempat saling hujat, mencemooh, mencela, dan mengumbar kebencian.

Hal itu, justru kata dia, membawa keresahan di kalangan masyarakat. Namun menurut Jokowi, hal itu menjadi fenomena yang terjadi di hampir semua negara tak hanya di Indonesia.

“Setiap pemimpin juga kaget dengan pemberitaan di sosmed. Misal ada berita puluhan tentara RRC masuk lewat Bandara Soekarno Hatta. Setelah kita cek ke kepolisian berita itu enggak ada dan enggak benar,” katanya.

Kemudian ia mencontohkan informasi lain terkait adanya kasus penyerangan terhadap ulama.

“Isunya di medsos 41 kasus. Setelah dicek enggak benar. Yang benar hanya 3 kasus yang sedang dalam penanganan serius oleh polisi,” katanya.

Ia berpendapat hal seperti itu hampir tidak mungkin jika tidak diketahui luas, oleh karena itu Presiden kemudian menduga ada unsur kesengajaan isu itu diembuskan untuk memperkeruh suasana.

Hal inilah yang kata dia harus dicegah dan ditindak sesuai hukum yang berlaku. Dan ini tegas ia sampaikan ke polri agar menindak tegas pelakunya.

“Artinya demokrasi kita sudah cukup baik tapi mesti diperbaiki lagi. Upaya pembebasan kehidupan berpolitik harus terus dilakukan,” kata Jokowi.

 

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka