Jakarta, Aktual.com — Keberadaan rupiah tampaknya akan semakin terancam, pasalnya institusi keuangan global JP.Morgan telah memangkas prospek Surat Utang Negara (SUN) atau obligasi Indonesia dari “Overweight” menjadi “Sell”. Pun memprediksi laju rupiah akan tembus hingga Rp14.300 per dolar AS pada kuartal III/2015.
Tak hanya itu, JP.Morgan juga menyarankan investor untuk hengkang dari pasar Indonesia dengan melepaskan rupiah dan obligasi RI.
Melansir laman Barrons.com, Selasa (25/8), investor asing telah mencetak rekor dalam kepemilikan obligasi Indonesia, di samping pada saat yang sama menderita kerugian. Tercatat, obligasi rupiah dengan lindung nilai dalam tahun ini telah mengalami penurunan sebesar 5 persen, pun dengan obligasi tanpa lindung nilai juga terpangkas hingga 10 persen.
Namun yang menarik, investor asing tercatat memiliki Rp 534 triliun pada obligasi Indonesia atau mendekati rekor yakni Rp 541 triliun. Hal ini lantaran Indonesia lebih baik dari negara emerging market lain, seperti Turki, Afrika Selatan, dan Brasil, pada tahun ini.
Terkait pemangkasan prospek, analis JP Morgan, Arthur Luk dan Bert Gochet mengemukakan ada tiga hal yang membuat pihaknya mengubah rekomendasi Surat Utang Negara (SUN) atau obligasi Indonesia dari “Overweight” menjadi “Sell”
“Namun, tiga hal berikut yang membuat kami mengubah rekomendasi (atas Indonesia),” tulis Arthur Luk dan Bert Gochet seperti dikutip laman Barrons .
Adapun tiga hal tersebut antaralain, Pertama, langkah Tiongkok melakukan devaluasi atas yuan memperburuk outlook mata uang negara-negara di Asia. JP Morgan menyatakan, rupiah telah anjlok hingga menyentuh level terendahnya dan pada hari Senin (24/8), melemah hingga 1,2 persen dan diperdagangkan di posisi Rp 13.995 per dollar AS. Atas pertimbangan itu, JP Morgan meramal nilai tukar rupiah akan turun lebih dalam hingga Rp 14.300 per dollar AS pada kuartal III.
Kedua, investor asing mulai kompak melepas obligasi dari emerging market, dengan dana yang telah keluar mencapai 2 miliar dolar AS.
Ketiga, kebijakan Pemerintah Indonesia juga tidak terlalu banyak membantu. Alih-alih melakukan reformasi fiskal, Pemerintah Indonesia justru menjalankan kebijakan defisit anggaran.
“Sebelumnya, kenaikan pinjaman sebesar 10 persen telah diumumkan dalam RAPBN tahun depan,” tulis analis JP Morgan tersebut.
Seperti diketahui, binar nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kian redup kendati dolar AS pun mengalami hal yang sama. Pelemahan dolar bahkan tak sanggup membangkitkan rupiah dari keterpurukan yang dalam.
Berdasarkan data Bloomberg Dollar Indeks, mata uang Garuda sempat menyentuh level Rp14.071 pada perdagangan Senin (24/8) kemarin. Pun yang terjadi hari ini, rupiah terus terpuruk mendekati level RP14.100.
Berdasarkan data Bloomberg Dollar Indeks, Selasa (25/8), mata uang Garuda dibuka melemah 13 poin atau 0,09% ke Rp14.063 per dolar AS, dan bergerak di kisaran 14.048—14.066.
Artikel ini ditulis oleh: