Jakarta, Aktual.com — Pengamat ekonomi dari CORE Indonesia, Mohammad Faisal menuntut pemerintah untuk bersikap transparan terkait keuangan yang didapat PT Pertamina (Persero) dari penjualan bahan bakar minyak (BBM) di harga tinggi, padahal minyak dunia tengah turun.
Selama ini, alasan pemerintah jual BBM di harga tinggi karena alasan pemerintah untuk saving dari adanya spread harga itu. Tentunya pemerintah akan mendulang untung tersebut.
“Karena dengan harga jual BBM mahal ini, sebetulnya sama saja mentransfer benefit dari perbedaan harga tersebut yang seharusnya buat masyarakat, malah dinikmati oleh pemerintah. Ini yang dijelaskan ke publik,” ujar dia kepada Aktual.com, Kamis (28/4).
Pernyataan Faisal ini terkait dengan adanya harga minyak dunia yang mulai menguat kembali, dan sempat mencapai US$ 45,26 per barel. Angka ini cukup tinggi dibanding penurunan sebelumnya.
Pasalnya, dengan kenaikan harga minyak dunia, biasanya respon pemerintah sensitif dengan langsung menaikan harga BBM. Ini yang perlu diwaspadai publik.
“Dari pengalaman kemarin saat minyak turun pemerintah lambat menurunkan harga BBM. Tapi saat ini ketika sedang naik, jangan-jangan pemerintah bisa cepat menaikan harga BBM tersebut,” jelas Faisal.
Tapi, kata dia, kendati minyak dunia naik, diharapkan pemerintah tidak kembali menaikan harga BBM-nya. Bahkan jangan sampai ada wacana menaikkan harga BBM.
“Mestinya ditahan, jangan dinaikan. Karena, selain kenaikan belum signifikan, juga ketika dulu harga minyak turun, pemerintah sudah ada saving. Jadi gunakan saja saving itu untuk menjaga, jangan sampai ada kenaikan lagi,” papar dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka