Jakarta, Aktual.co — Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menyatakan penjualan listrik dari PT Inalum (Persero) ke PT PLN (Persero) tidak akan berdampak terhadap kerugian di pihak Inalum. Rini justru mengklaim dengan menjual listrik kepada PLN, Inalum akan untung US$160 juta.
Rini menjelaskan harga listrik Inalum sangatlah rendah karena menggunakan tenaga air (Hydro) sehingga biaya listriknya sebesar US$1 sen per Kilowatt hour (Kwh). Sedangkan PLN jika menggunakan diesel maka 1 Kwh sebesar US$3.000 sedangkan gas US$2.500. Menurutnya jika dilihat dari biaya operasional, Inalum sangat murah. Hal itu dikarenakan total penggunaan listrik hanya 440 Mw (Megawatt) untuk memproduksi 265.000 ton alumunium in gold.
“Maka saya mengatakan, sudahlah karena harganya sangat murah dan kalau menghasilkan 265.000 in gold maka untungnya Inalum US$140 juta,” kata Rini di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (10/11).
Rini mengatakan jika setengah listrik milik Inalum dijual ke PLN yaitu sebesar 210 MW, dan dijual ke PLN sebesar US$9 sen per Kwh. Maka Inalum akan untung US$8 sen, artinya Inalum akan untung dari penjualan listrik sebesa US$160 juta. Rini mengungkapkan penetapan harga US$9 sen dikarenakan PLN pun membeli listrik dari Serawak, Malaysia sebesar US$9 sen.
Menurutnya produksi in gold perlu dipertahankan meskipun hanya menjual setengah listriknya kepada PLN. Dia menambahkan selain mempertahankan produksi in gold, Rini berjanji akan mengembangkan inovasi dari produksi in gold, yaitu membuat komponen-komponen atau frame jendela dari alumunium.
Rini mengatakan perlunya industri Inalum dipertahankan karena dengan harapan para pekerja tidak ada yang diberhentikan sambil mempersiapkan industri hilinya. Hal itu didukung dengan perolehan keuntungan yang besar dari penjualan listrik kepada PLN.
“Dari jual listrik saja US$160 juta ditambah lagi membuat alumunium, masih tetap untung walau setengahnya,” kata Rini.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin (Kamar Dagang Indonesia) Bidang Energi Sumatera Utara Johan Brien mengatakan dengan penambahan pasokan tambahan sekitar 210 MW diperoleh dari Inalum dan PLTU Pangkalan Susu sebesar 80 MW yang saat ini tengah uji coba. Apabila PLTU sudah beroperasi penuh, maka kapasitasnya akan bisa mencapai 2×220 MW. Hal itu sesuai dengan potensi bisnis di Sumatera Utara yang sangat banyak sekali.
Menurutnya dengan pasokan listrik yang stabil tentunya proses produksi menjadi lebih stabil dan memiliki daya saing yang tinggi karena pasokan listrik sebagai hal penting dalam proses produksi. Dia menambahkan dunia usaha di Sumatera Utara khususnya Usaha Kecil Menengah (UKM) yang sangat bergantung pada listrik dari PLN.
“Yang terpenting adalah perekonomian Medan bisa semakin maju, tidak kalah dengan daerah lainnya di Indonesia seperti Riau atau Palembang,” kata Johan.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka