Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Maritim Indonesia-KSPSI Jumhur Hidayat saat diskusi polemik dengan tema "Di Balik Serbuan Warga Asing' di Jakarta, Sabtu (24/12/2016).

Bandung, Aktual.com – Tidak hanya marak dengan manuver para kandidat, jelang Pemilihan Gubernur Provinsi Jawa Barat (Pilgub Jabar) 27 Juni 2018 juga diwarnai berbagai panggung kerakyatan bernuansa etnik Sunda. Hal itu dilakukan guna menyuarakan keprihatinan orang-orang Sunda dalam menghadapi Pilkada 2018 ini.

Salah satunya, dideklarasikan Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis) sekaligus memperingati Konferensi Meja Bundar (KMB) ke-68. Bertempat di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, Jalan Dipati Ukur Nomor 48, Bandung hadir beberapa tokoh yakni Mohammad Jumhur Hidayat, Tjetje Hidayat Padmadinata, Iwan Sulandjana, Tatang Zaenudin, Mulyadi, Dindin Maolani, Prof Karim Suryadi, Andri P. Kartaprawira, KH Ayi Hambali, serta berbagai elemen lintas sektoral lintas generasi.

“Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatu, sampurasun. Dalam konstitusi UUD 1945, ada kata-kata ‘Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.’ Saya melihat Indonesia merdeka tidak sama dengan negara-negara lain. Ada intervensi spiritual, yang hal tidak mungkin jadi mungkin,” ujar Jumhur Hidayat membuka pidato sambutan, Rabu (27/12).

Dia menerangkan, Simon Bolivar tokoh di Amerika Latin, berjuang untuk kemerdekaan satu benua, tapi begitu merdeka menjadi puluhan negara, padahal sama-sama dijajah Portugis dan Spanyol. Demikian pula tetangga Indonesia, yakni Malaysia, Brunei dan Singapura, dijajah Inggris tapi merdeka sendiri-sendiri. Juga di Bangladesh, India, Pakistan hingga Afrika dan belahan dunia lainnya, yang merupakan satu daratan tapi merdeka sendiri-sendiri.

“Indonesia negara terpisah-pisah dari banyak kerajaan yang berdaulat secara kekuasaan, tapi ketika Bung Karno proklamasikan kemerdekaan, pada bergabung dengan negara proklamasi. Kalau waktu itu Sultan Ternate tak mau bergabung dengan NKRI apa Bung Karno bisa kirim mitraliur dan tentara ke sana? Tidak bisa. Kalau Mataram, Aceh, Pontianak, Dayak dan sebagainya sendiri-sendiri, apa bisa mereka dipaksa untuk bergabung dengan Indonesia? Tapi tiba-tiba bergabung menjadi Indonesia. Ini keajaiban, ada hasrat untuk bersatu,” tegas tokoh buruh tersebut.