Bondowoso, Aktual.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur mencatat jumlah kasus demam berdarah dengue selama 2016 yang mencapai 1.116 orang, meningkat dari tahun sebelumnnya yang tercatat 914 kasus.
“Kendati jumlah penderita DBD pada 2016 meningkat 18 persen namun penderita akibat gigitan nyamuk aedes aegypti yang meninggal dunia menurun, yakni 12 orang dibandingkan pada 2015 jumlah kasus DBD 914 yang meninggal dunia 14 orang,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Bondowoso Pasidi Shidik, Kamis (12/1).
Pada 2016 penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypi itu menjadi perhatian khusus, tetapi karena terjadi perbedaan cuaca yakni musim kemarau basah atau kerap terjadi hujan pada musim kemarau sehingga jentik nyamuk lebih banyak berkembang biak dan mengakibatkan penderita DBD di Kota Tapai itu meningkat.
Jumlah tertinggi penderita DBD pada 2016, katanya, berada di wilayah kota dengan jumlah 179 kasus, selanjutnya di Kecamatan Maesan 98 kasus, Tamanan 83 kasus, Curahdami 76 kasus, Grujugan 68 kasus, Tapen 63 kasus, Jambesari 50 kasus, Wonosari 48 kasus dan Kecamatan Sumber Wringin berjumlah 38 kasus, sedangkan di sejumlah kecamatan lainya rata-rata di bawah 38 kasus.
“Petugas dari dinas kesehatan sudah melakukan upaya untuk menekan penderita DBD sejak awal 2016 dan langkah yang dilakukan melalui pengasapan (fogging) dan gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik) serta penyedian logistik penangulangan DBD.”
Sebelumnya juru pemantau jentik nyamuk menggunakan cara petugas yang datang ke rumah-rumah dan dilaporkan ke desa, namun saat sekarang kepala keluarga atau dalam satu rumah juga diminta menjadi juru pemantau jentik.
“Dengan begitu sehingga warga bisa memantau jentik nyamuk yang berkembang di rumahnya dan tidak perlu menunggu petugas. Pada 2017 langkah tersebut tetap dipertahankan dan pengasapan juga akan difokuskan ke daerah-daerah berpotensi DBD serta chikungunya.”
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Wisnu