Jambi, Aktual.com – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, Dadang Hardiman, mengungkapkan jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan pada September 2016 mencapai 290,81 ribu orang (8,37 persen).
“Secara agregat jumlah penduduk miskin di Jambi bertambah sebesar 1.000 orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2016 yang sebesar 289,81 ribu orang (8,41 persen),” katanya di Jambi Jumat (6/1).
Dijelaskan, selama periode Maret hingga September 2016, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sebesar 0,98 ribu orang atau dari 115,35 ribu orang pada Maret menjadi 116,33 ribu orang pada September.
Sementara di daerah perdesaan bertambah 0,02 ribu orang atau dari 174,46 ribu orang pada Maret menjadi 174,48 ribu orang pada September 2016.
Selama periode Maret hingga September 2016, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami penurunan.
“Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret sebesar 10,86 persen atau turun menjadi 10,73 persen pada September 2016, sementara itu penduduk miskin di daerah perdesaan turun dari 7,32 persen pada Maret jadi 7,30 persen pada September,” kata Dadang.
Sedangkan untuk peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Dadang mengatakan, sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan pada Maret 2016 tercatat 76,63 persen, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September 2016 yang sebesar 76,95 persen.
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, daging sapi, daging ayam ras, cabe merah, mie instan, telur ayam ras, dan gula pasir.
Sedangkan untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, listrik, bensin, dan pendidikan.
Pada periode Maret hingga September 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan.
“Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin mengecil,” demikian Dadang Hardiwan. (Antara)
Artikel ini ditulis oleh: