Gaza, Aktual.com – Militer Israel membunuh juru bicara Hamas saat serangan ke Gaza terus berlanjut. Juru bicara Hamas Abdel-Latif al-Qanoua tewas ketika jet tempur Israel mengebom tenda tempat perlindungannya di Kota Jabalia, Gaza utara pada Kamis dini hari (27/3) waktu setempat.

Dilansir dari Al Jazeera, seorang juru bicara Hamas tewas akibat serangan udara Israel di Gaza utara, sejumlah media berita telah mengonfirmasi kebenarannya, diantaranya televisi Al-Aqsa dan Kantor Berita Shehab. Sementara tentara Israel melanjutkan serangan barunya terhadap daerah kantong yang terkepung itu.

Dalam serangan militer zionis itu, beberapa orang lainnya terluka dalam serangan itu, termasuk anak-anak, menurut Hind Khoudary, koresponden Al Jazeera di Gaza. Khoudary mengatakan serangan itu adalah salah satu dari beberapa serangan yang dilakukan oleh militer Israel di seluruh Jalur Gaza selama beberapa jam terakhir. Termasuk serangan terhadap sebuah rumah di daerah as-Saftawi di Kota Gaza, yang menewaskan enam anggota keluarga yang sama.

Pada tanggal 18 Maret lalu, Israel tiba-tiba mengakhiri gencatan senjata selama dua bulan yang rapuh saat melanjutkan kampanye pengeboman dan operasi darat yang gencar di Gaza. Israel sejak itu telah membunuh ratusan warga sipil Palestina dalam upaya untuk menekan Hamas agar membebaskan tawanan yang tersisa di daerah kantong yang dilanda perang tersebut.

Beberapa pejabat senior Hamas juga tewas selama seminggu terakhir. Pada hari Minggu (23/3), serangan udara Israel di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis di Gaza selatan menewaskan lima orang, termasuk Ismail Barhoum, kepala keuangan dan lembaga di kantor politik Hamas.

Pada hari yang sama, jet tempur Israel juga mengebom tenda-tenda yang menampung warga Palestina yang mengungsi di Khan Younis. Salah al-Bardaweel, seorang pemimpin politik Hamas terkemuka dan anggota Dewan Legislatif Palestina, tewas dalam serangan itu bersama istrinya.

Kedua pria itu adalah bagian dari kantor politik Hamas – badan pembuat keputusan beranggotakan 20 orang, 11 diantaranya telah tewas sejak dimulainya perang pada akhir tahun 2023, menurut kantor berita Reuters.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sendiri sudah memerintahkan pasukan Israel untuk memperbarui serangan terhadap Gaza setelah Hamas menolak proposal untuk mengamankan perpanjangan. Pada hari Rabu (26/3), Netanyahu mengulangi ancaman bahwa Israel akan merebut wilayah di Gaza jika Hamas gagal membebaskan tawanan yang tersisa. Hingga saat ini, Hamas masih menahan 59 dari sekitar 250 tawanan yang ditangkap kelompok itu selama serangan 7 Oktober 2023 di Israel selatan.

Untuk diketahui, setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan Hamas, sementara militer Israel kini telah menewaskan sedikitnya 50.183 warga Palestina, dan melukai 113.828 lainnya sejak melancarkan serangan darat dan udara terhadap daerah kantong Palestina tersebut.

Sekitar 830 orang tewas sejak Israel melanjutkan serangan 10 hari lalu, menurut statistik Kementerian Kesehatan Gaza, dengan wanita dan anak-anak merupakan lebih dari separuh korban.

Sedangkan Badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) juga mengumumkan pada hari Selasa bahwa 142.000 warga Palestina telah dipindahkan secara paksa oleh militer Israel sejak 18 Maret lalu, memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah buruk yang disebabkan oleh pembatasan berkelanjutan Israel terhadap bantuan yang masuk ke Gaza.

Sementara itu, dikutip dari Middle East Eye, pihak Hamas bersumpah untuk melawan setelah Israel membunuh juru bicaranya dalam serangan di Gaza. Hamas sendiri telah mengonfirmasi terbunuhnya juru bicaranya Abdul Latif Al-Qanoua dalam serangan udara Israel di Gaza utara, dan bersumpah serangan itu hanya akan memperkuat perlawanannya.

Berikut ini, pernyataan Gerakan Perlawanan Islam Hamas dalam merespon kematian juru bicara mereka:

”Kami berduka atas kematian juru bicara gerakan, saudara mujahid yang syahid, Dr. Abdul Latif Rajab Al-Qanoua. Penargetan para pemimpin dan juru bicara gerakan oleh pendudukan tidak akan mematahkan tekad kami, tetapi hanya akan meningkatkan tekad kami untuk terus berada di jalur pembebasan.”

(Indra Bonaparte)

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain