Sementara dari masa ke masa, memilki tantangan tersendiri. Menurut dia, kini masyarakat tidak seideologi tempo dulu dalam menyalurkan suaranya. Masyarakat kini lebih emosional kedaerahan, praktis, memilih orang bukan ideologi.
Ia mencontohkan dalam pemilihan presiden 2014 dirinya terpilih hingga 97 persen di tanah kelahirannya, Bone, begitu pula di Solo, di tempat tinggal Presiden Jokowi.
“Begitu pula, kini kampanye juga berbeda. Bila sebelumnya kampanye massif dengan pengerahan massa dalam waktu singkat, kini kampanye lebih panjang dan lebih banyak mengerahkan ‘pasukan siber’. Tentunya di dalam kampanye siber seringkali didapati kampanye hitam dan kampanye negatif,” katanya.
Di dalam pilkada, menurut Wapres, ketegangan emosi lebih kental terasa karena masyarakat lebih memilih orang dibanding partainya. Meskipun pilkada didukung oleh partai politik, namun persaingan antar kandidat lebih kental.
“Yang ingin saya sampaikan bahwa terjadinya emosional lingkungan, emosional keluarga, emosional tim sukses, emosional asal,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara