Namun, katanya, hal itu ternyata tidak diimbangi dengan jumlah dokter spesialis jantung anak dan fasilitas pelayanan di daerah.

Menghadapi kurangnya fasilitas tersebut, IDAI merespon dengan menggelar pelatihan dan pembaharuan ilmu seputar tata laksana maupun prosedur penanganan penyakit jantung pada bayi serta anak.

Dengan demikian, kendala kekurangan fasilitas pelayanan penyakit jantung yang banyak terjadi di daerah-daerah setidaknya dapat sedikit tertutupi oleh kompetensi para dokter spesialis jantung anak.

“IDAI coba mempertajam pengetahuan para dokter spesialis dan konsultan jantung anak dalam mendiagnosis penyakit,” kata dia.

Dengan konsultasi, wawancara serta pemeriksaan menggunakan alat seadanya diharapkan dapat menghasilkan diagnosis yang akurat.

Diagnosis tanpa alat tersebut membuat pasien tidak perlu pergi ke rumah sakit dengan fasilitas lengkap yang menghabiskan banyak biaya, kecuali jika hasil diagnosis mengharuskan pasien ke rumah sakit rujukan tersebut.

Ia menambahkan, jika di suatu daerah sudah memiliki dokter spesialis jantung anak, namun fasilitasnya kurang, maka IDAI bisa mengusulkan pelatihan intensif selama 6 bulan hingga 1 tahun kepada dokter tersebut. Namun dengan cacatan, jika pemda setempat bersedia mendatangkan alat kesehatan tertentu.

Artikel ini ditulis oleh: