Jakarta, Aktual.co —Peringatan ke-60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) harus menghasilkan sebuah komitmen solidaritas bersama untuk mengangkat martabat bangsa-bangsa di kedua benua.
Disampaikan pendiri Setara Institute Romo Benny Susetyo mengtakan setiap negara Asia Afrika diharapkan punya kemandirian, dari sisi politik dan ekonomi untuk melawan musuh bersama.
“Yaitu praktik perbudakan seperti dominasi ekonomi, eksploitasi sumber daya alam, dan intervensi dari negara-negara maju,” ujar dia, di Jakarta, Minggu (19/7).
Pemerintah Indonesia dan pemerintah negara-negara Asia Afrika, ujar dia, juga harus merumuskan apa yang menjadi perhatian bersama. Yaitu mengangkat martabat setiap manusia di kedua benua tersebut dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga setiap negara di Asia dan Afrika memiliki kemajuan peradaban, pemenuhan HAM, semangat antikorupsi, dan sumber daya alam yang memadai untuk menyejahterakan rakyatnya.
Dengan begitu, lanjut dia, KAA akan menciptakan Asia Afrika menjadi kekuatan nilai kemandirian baru. “Sebagai penyeimbang atas tatanan dunia yang saat ini didominasi oleh kekuatan pasar dan korporasi,” ucap dia.
Untuk itu, dia berharap KAA 2015 tidak hanya jadi ajang nostalgia semata. Tapi juga merupakan kesempatan mengembalikan pikiran tokoh-tokoh pendiri KAA. Seperti Presiden Soekarno dan Presiden India, Jawaharlal Nehru, dalam konteks dunia saat ini.
“Kalau pada masa Soekarno dulu yang jadi musuh bersama adalah kolonialisme, kini musuh bersamanya adalah perbudakan melalui eksploitasi ekonomi. Itu yang harus berani dilawan oleh pemerintah negara Asia Afrika,” ucap dia.
Artikel ini ditulis oleh:

















