Sebanyak 20 penerbangan dari dan ke Jambi mengalami keterlambatan atau “delay” akibat menurunnya jarak pandang karena tebalnya kabut asap sejak lima hari lalu.
“Kondisi tersebut sudah berlangsung sejak 19 Agustus hingga hari ini. Kita mencatat ada 20 frekuensi penerbangan yang mengalami ‘delay’,” kata Kepala Operasional Bandara Sultan Thaha Jambi, Parolan Simanjuntak di Jambi, Selasa.
Parolan mengatakan, maskapai selalu mengalami keterlambatan dan maskapai selalu melakukan “reschedule” atau mengganti jadwal penerbangan terutama pada jadwal penerbangan di pagi hari.
“Di Bandara kita ini kalau untuk ‘take off’ jarak pandang pilot minimal 1.200 meter, berbeda kalau ‘landing’ jarak pandang minimal harus 2.000 meter. Namun pagi hari jarak pandang hanya 1.000 bahkan sampai 500 meter,” katanya menjelaskan.
Selain itu, Parolan menyebutkan, ada lima penerbangan tujuan Jambi yang terpaksa dialihkan ke dua bandara lain, yakni ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang) dan Bandara Hang Nadim (Batam).
“Maskapai pasti mengalami kerugian karena kadang harus mengalihkan penerbangan sampai ke Batam dan Palembang. Tentu saja itu juga butuh tambahan bahan bakar,” kata Parolan.
Parolan menambahkan, saat ini pihak bandara tengah membutuhkan helikopter untuk ditempatkan di bandara yang nantinya bisa melakukan “water bombing” sehingga kondisi kabut asap di sekitar Bandara sedikit berkurang.
“Tahun lalu itu ada satu helikopter milik BNPB yang ditempatkan di Bandara Jambi ini, tapi ini sudah sekitar lima hari belum juga ada,” katanya menambahkan.
Sejak sepekan terakhir, kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan di wilayah Jambi semakin pekat. Kabut asap tidak hanya mengganggu penerbangan tetapi juga menggangu aktivitas nelayan di perairan timur Jambi.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby