Jakarta, Aktual.com – Pemilu 2019 belum dimulai, namun tiga Caleg Partai Solidaritasi Indonesia (PSI) Kota Parepare mengundurkan diri.
Selain Caleg, sejumlah pengurus juga ramai-ramai mundur dari PSI Kota Parepare.
Tiga di antara kader yang mundur tersebut merupakan calon legislatif atau caleg PSI untuk DPRD Parepare, Sulsel.
Pengunduran diri kader dan caleg partai tersebut sudah kesekian kalinya di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Ketua PSI Kecamatan Cina, Kabupaten Bone, Nadir Amir, disusul Ketua PSI Gowa, Muhammad Ridwan, sebelumnya juga memilih mundur.
Penyebab kader dan caleg PSI ramai-ramai mundur di Sulsel beragam, ada protes pernyataan Ketua Umum Grace Natalie hingga persoalan duit partai.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PSI Parepare Aditya Putra mengatakan mereka memutuskan mundur dengan beberapa poin.
Salah satunya kepengurusan partai yang amburadul.
“Pertama struktur kepengurusan tidak jelas. Ada pengurus diberikan SK (surat keputusan) dan sebagian hanya ditunjuk secara lisan,” katanya disalah satu warung kopi di Parepare, seperti dikutip dari Tribun Timur, Rabu (6/2).
Kedua, tidak adanya transparasi mengenai pengelolaan dana keuangan dan operasional partai di daerah itu.
“Selama ini juga tidak pernah ada rapat yang menghadirkan anggota serta agenda politik partai di Parepare,” ujarnya didampingi sejumlah pengurus.
Ketiga, Hendro, menyindir transparansi dan keterbukaan partai.
“Katanya terbuka dan progresif ternyata kosong,” jelasnya.
Tak hanya konflik internal, sejumlah kader PSI di Sulawesi Selatan (Sulsel) mundur dengan berbagai penyebab.
Misalnya Ketua PSI Gowa, Muhammad Ridwan, yang mundur karena tidak sependapat dengan Ketua Umum PSI Grace Natalie yang menolak Peraturan Daerah (Perda) Syariah.
Menurut caleg di Daerah Pemilihan (Dapil) III Sulsel (Gowa dan Takalar) tersebut pernyataan Grace tidak memperhatikan kultur kedaerahan.
Dia merasakan hal itu. “Setiap daerah masing-masing punya kultur berbeda-beda, baik pemahaman agamanya, dan lainnya. Keluarga juga mempertanyakan kenapa PSI begitu,” katanya.
Dikonfirmasi mengenai pengunduran sekaligus tudingan kader, Ketua DPD PSI Parepare, Andi Iqbal Usman, meneruskan klarifikasi dari Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PSI Sulsel, Muh Fadly Noor.
Fadly juga mengirimkan jawaban tertulis ke Tribun Timur. Menurutnya, pengunduran diri dalam suatu organisasi adalah hal yang wajar.
PSI menghormati keputusan setiap kader untuk mundur dari partai dan memberi apresiasi atas kontribusi mereka selama ini.
“Ini adalah seleksi alam dalam ber-PSI. Tak ada tempat untuk cara-cara dan paradigma lama, sebagaimana kata Soekarno, yang tak murni, terbakar mati. Imbauan saya, bagi yang menyatakan mundur terutama caleg agar menyampaikan pernyataan tertulis kepada DPD agar partai dapat bersikap ke KPU,” katanya.
Terkait beragam tudingan termasuk soal pengelolaan keuangan dan operasional partai, katanya, para mantan kader PSI itu telah bertemu dan menerima penjelasan dari DPW PSI Sulsel beberapa waktu lalu.
Menurutnya, DPD PSI Parepare tidak mengelola dana operasional baik dari dewan pimpinan pusat (DPP) maupun DPW.
“PSI sebagai partai baru tidak seperti partai lain yang memiliki dan mengelola dana operasional. Di PSI, semangat anak muda yang menjadi modal utama untuk pergerakan,” jelasnya.
Sebelumnya, Ketua DPD PSI Gowa Muhammad Ridwan memilih mundur dari partai tersebut. Calon legislatif (caleg) PSI DPRD Sulsel ini mundur gegara tidak sependapat Ketua Umum PSI Grace Natalie yang tak mendukung Peraturan Daerah (Perda) Syariah.
Sebelumnya, Ketua DPC PSI Kecamatan Cina, Kabupaten Bone, Nadir Amir, memilih mundur karena tak sepaham pernyataan Grace terkait larangan poligami.
Ridwan menjelaskan pernyataan Grace tidak memperhatikan kultur kedaerahan.
“Setiap daerah masing-masing punya kultur berbeda-beda, baik pemahaman agamanya, dan lainnya. Keluarga juga mempertanyakan kenapa PSI begitu,” kata Ridwan.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin