Jakarta, Aktual.com – Kader muda Partai Golkar, Ahmad Dolly Kurnia, menyayangkan partainya terlibat dalam aksi tandingan Gerakan Bela Islam III atau Aksi 212 yaitu Aksi Kebhinnekaan yang mengangkat ‘Kita Indonesia’ di Bundaran Hotel Indonesia, Minggu (4/12).
Padahal, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah secara tegas melarang acara Hari Bebas Berkendara atau Car Free Day dijadikan ajang agenda politik untuk dukung mendukung.
“Dan ternyata hari ini, Partai Golkar sebagai partai yang besar ternyata tak taat hukum. Ini sebagai tindakan yang gegabah. Karena akan merugikan Golkar sendiri. Ini sangat disayangkan,” ungkap Dolly di Jakarta, Minggu (4/12).
Menurutnya, ada beberapa hal yang dianggap kontra produktif. Pertama, aksi tadi pagi adalah tandingan dari Aksi Bela Islam Jilid III di Monumen Nasional. Sehingga seluruh umat Islam yang ikut aksi 212 berhadap-hadapan dengan umat Islam lain yang ikut demo ini.
“Apalagi kita tahu, mayoritas pemilih Partai Golkar adalah umat Islam. Sehingga ini jadi aksi 412 sangat ceroboh. Karena yang paling depan (panggung) itu adalah Partai Golkar,” ungkap dia.
Kedua, lanjut Dolly, kecerobohan lainnya adalah partai pengusung calon gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) adalah PDIP dan Hanura. Tapi kedua partai itu tidak turun.
“Sehingga sikap Golkar tadi pagi bia disebut sudah kehilangan nalar,” jelasnya.
Apalagi aksi tadi adalah aksi yang menciderai kebesaran Indonesia, justru bukan untuk Indonesia. Karena aksi tadi banyak menimbulkan kerusakan taman, mengganggu olahraha, kerusakan moral, karena pendemo dibayar Rp50-200 ribu dan merusak tatanan politik karena mencatut nama Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI). Padahal, HMI tak terlibat di aksi itu.
“Jadi, itu aksi yang mengaku Indonesia, tapi malah sebagai aksi yang memalukan Indonesia. Tak jelas apa tujuannya. Kalau dianggap menyatukan Indonesia, justru aksi 212 itu Indonesia banget. Mereka telah merusak nama baik Indonesia,” demikian Dolly Kurnia.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid