Semarang, Aktual.co — Generasi muda Nahdlatul Ulama (NU) mendukung rencana pemakaman ulang para korban Tragedi 1965/1966 yang terdapat di Kelurahan Wonosari, Kecamatan Tugu, Kota Semarang.

Menurutnya, pemakaman ulang sebagai bentuk rasa kemanusiaan tidak memandang siapa yang menjadi korban dan agama yang dianut.

”Pemakaman ulang adalah hal yang sudah seharusnya dilakukan, karena zaman sudah semakin terbuka. Rekonsiliasi dibutuhkan untuk saling memaafkan,” ujar kader muda NU Jateng, Ahmad Dimyati, Senin (24/11).

Dia menekankan, sebelum dilakukan pembongkaran, masyarakat harus diberikan pemahaman mendasar supaya tak salah persepsi. ”Semua pihak terkait harus dilibatkan dalam hal ini,” kata Dimyati.

Direktur Lembaga Studi Sosial dan Agama (Elsa) Semarang, Tedi Kholiludin, mengatakan, rekonsiliasi seharusnya bukan hanya menjadi tanggung jawab sekelompok orang yang peduli, tapi pemerintah pun harus ikut ambil bagian dalam kerja kemanusiaan itu. ”Negara sudah semestinya memberikan pengertian kepada masyarakat atas hal yang selama ini tidak benar,” kata Tedi.

Dia mengatakan, stigma anggota/simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dicitrakan telah melakukan praktik kejahatan kemanusiaan sehingga bisa dibinasakan, nyatanya masih terus membayangi sebagian besar masyarakat di era sekarang.

Pemakaman ulang, menurut Tedi, justru dapat mempertebal rasa persatuan di tengah masyarakat karena semakin banyak orang tahu pada ideologi bangsa. Selama ini, NU dan Partai Komunis Indonesia (PKI) sering dilihat sebagai kelompok yang saling bertentangan.

”Banyak kiai yang telah melakukan rekonsiliasi kultural dan membuka pemahaman baru. Proses untuk melakukan edukasi itu sudah berlangsung lama. Sekarang, secara teknis pemerintah perlu melibatkan tokoh masyarakat dan melalui pembelajaran di sekolah, sehingga kerja ini tidak semata kerja kemanusiaan sekelompok orang semata,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh: