Jakarta, Aktual.com – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyayangkan perilaku perbankan nasional yang enggan untuk mengucuri kredit ke sektor perikanan, terutama untuk pelaku usaha pemula.

Padahal, pelaku usaha seperti itu yang akan menggerakkan sektor riil dan berdampak positif ke perekonomian nasional. Untuk itu, Kadin minta, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus kian masif mendorong pembiayaan di sektor perikanan.

“Saya sedih dengan perilaku bank saat ini. Bagaimana mau maju sektor perikanan kalau bank enggan kasih kredit. Mereka hanya takut kredit macet saja,” cetus Wakil Ketua Kadin Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto, di Jakarta, Rabu (2/11).

Menurutnya, berdasar informasi dari pelaku usaha di sektor perikanan, belum banyak pelaku usaha baru sejak zaman Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bank-bank nasional hanya fokus untuk membiayai pelaku usaha lama, dan kecenderungannya kreditnya terus dinaikkan.

“Padahal yang penting itu pelaku usaha baru. Tapi pelaku usaha lama malah gampang dapat kredit. Dari yang semula kreditnya Rp10 miliar bisa naik jadi Rp15 miliar,” jelas dia.

Memang bagi pelaku usaha kecil, kata dia, ada fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan juga program Jaring. Mereka yang kredit di bawah Rp50 juta bisa dapat. Akan tetapi yang di atas dan dibawah puluhan miliar masih sulit. Padahal bagi sektor perikanan tak mempermasalah soal suku bunga sekalipun double digit.

“Bagi mereka itu, bukan lihat suku bunganya. Akan tetapi melihat kepastian dapat duitnya. Istilahnya, hati ini mengajukan, dalam waktu tak lama bisa cepat cair,” tegas Yugi.

Bahkan, bisa jadi mereka dapat bunga lebih tinggi dari sektor lain, tapi aksesnya dipermudah. Misal tak perlu ada jaminan yang memberatkan. Bayarnya bisa dengan skema menyicil tiap hari atau tiap minggu, pasti bisa dibicarakan. Karena potensi bisnis di sektor perikanan tetap bagus.

Hal ini terjadi, kata dia, karena ada potensi kredit macet atau non performing loan (NPL) yang tinggi. “Memang di sektornm perikana tangkap, dulu NPL-nya tinggi. Tapi saat ini sudah tidak. Makanya kalian (media) cecar saja ke OJK,” tegas dia.

Perilaku bankir seperti itu, mestinya bisa diubah. Sehingga ada pemikuran di perbankan, kredit yang Rp100-Rp200 juta abaikan saja daripada menjadi kredit macet.

“Yang penting bagi bankir mereka kerja lima tahun tapi tak ada kredit macet dan dapat bonus. Kalau gitu, sama saja enggak kerja dong. Mereka hanya cari aman,” kritik Yugi.

Bahkan dia menduga, bank-bank saat ini, dari pada dana yang ada disalurkan me sektor perikanan, lebih baik diparkir dengan membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

“Itu bagi mereka lebih aman. Sekalipun tak bergerak ke sektor riil. Makanya mereka buat syarat yang ketat,” pungkasnya.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan