Kehidupan warga di kolong jembatan tol Kamal, Jakarta Barat, Rabu (27/12/2017). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan angka kemiskinan di Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun, namun penurunan berjalan ini lambat. BPS per Maret 2017 kemiskinan Indonesia tercata 10,64%. Secara absolut masih sekitar 27,7 juta jiwa. data BPS 2010 ke 2017 memang relatif lambat ya, padahal sudah puluhan triliun dikeluarkan untuk pengentasan kemiskinan. AKTUAL/Tino Oktaviano

Semarang, Aktual.com – Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah Harso Susilo menilai, langkah Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam entaskan kemiskinan melalui berbagai inovasi aplikasi digital dan pemberdayaan panti sangat membantu.

Ganjar memuat aplikasi-aplikasi tersebut dalam Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Dinsos Jatenga Versi 2 (SIKS DJ-V2). Harso mengatakan, aplikasi tersebut sangat membantu lembaga-lembaga lain mendapatkan data mutakhir.

Adapun, aplikasi-aplikasi dalam SIKS DJ-V2 di antaranya ada Panti, Si Kuat, Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), Data Terpadu Jateng, JPS Covid, Program Sembako, dan Kemiskinan Ekstrem.

“Dari sistem PPKS misalnya, kami melakukan bantuan secara tepat sasaran. Misalnya bantuan rehabilitasi atau prasaran panti, penerima iuran untuk Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di rumah-rumah sakit,” kata Harso dalam keterangannya, Selasa (1/11).

Harso juga mencontohkan aplikasi Data Terpadu Jateng. Di aplikasi itu, Hasto menyebut ada identifikasi Rumah Tangga Sasaran, mulai dari identitas diri, demografi, kepemilikan aset, kesehatan, pendidikan, kepesertaan program dan kondisi perumahan.

“Mekanisme pendataan tersebut dimulai dari kelurahan/desa, petugas lapangan, operator desa yang dibantu kecamatan, kabupaten/kota, selanjutnya diolah di provinsi untuk pemeringkatan dan ditetapkan oleh Dinsos,” kata Harso.

Untuk mendukung aplikasi-aplikasi itu, kata Harso, Ganjar juga menjalankan program Graduasi Ekonomi, Ekonomi Mandiri, Produktif, dan Sejahtera (Gempita). Harso mengatakan, Ganjar mengagas Kelompok Usaha Bersama (Kube) berupa angkringan dan jualan pakan burung untuk mencapai graduasi mandiri tersebut.

“Sampai saat ini ada 1.000-an lebih Kube di Jateng yang kami monitoring dan dampingi. Dibantu UPZ, Baznas, kami berikan bantuan di panti-panti agar PGOT dan ODGJ, bisa beternak ayam atau kambing, dan membuat kerajinan. Harapan kami usaha mereka bisa maju dan berkembang,” tandasnya.

Harso mengatakan, Ganjar pun mengeluarkan bantuan sosial pangan Rp 200 selama enam bulan pada pandemi Covid-19 tahun 2022. Sasaran penerima jaringan pengaman sosial yaitu pedagang kecil, pekerja informal, buruh/karyawan yang di-PHK, masyarakat rentan, dan janda perintis Kemerdekaan.

“Pemprov melakukan segala upaya, untuk memastikan tidak ada yang tertinggal, baik itu masyarakat, keluarga rentan, dan UMKM. Maka dari itu kami melibatkan BUMDesdan UMK untuk terlibat langsung dalam penyaluran bantuan untuk penyerapan potensi lokal, dan menghidupkan ekonomi rakyat,” beber Harso.

Di sisi lain, Harso mengatakan bahwa Ganjar juga mendorong pemberdayaan panti fakir miskin. Salah satunya lewat inovasi ‘Rompi Pengganti’ yang dikreasikan Panti Penganti Temanggung dengan raihan prestasi Top 99 Inovasi Pelayanan Publik pada Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2020.

“Inovasi ini membuat penyandang tuna netra bisa merasakan apakah jalan basah atau tidak. Kami juga inovasi untuk disabilitas dan netra untuk mendukung capaian indikator kibnerja utama Dinas Sosial,” katanya.

Harso melanjutkan, optimalisasi panti juga digagas Ganjar melalui Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra (PPSDSN) Pendowo, Kudus, Jateng. Panti itu merupakan Panti Pelayanan Sosial Pertama di Indonesia yang mencanangkan wilayahnya sebagai Zona Integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK).

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu