Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian (kanan) memasuki ruangan untuk memberikan arahan kepada jajaran Polri terkait pengamanan negara di Auditorium PTIK, Jakarta, Selasa (8/11). Presiden Jokowi meminta Polri tidak ragu dalam bertindak untuk penegakan hukum, Presiden juga memberikan apresiasi kepada seluruh anggota Polri atas kewaspadaan, solidtas, sikap profesional yang ditunjukkan dalam mengamankan aksi demo tanggal 4 November 2016. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI)  menilai silaturahim yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo ke sejumlah institusi dan organisasi Islam dan para ulama sudah terlambat.

Apalagi tujuannya untuk meredam gelombang tuntutan umat Muslim terkait kasus penistaan agama yang dilakukan gubernur DKI nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Menurut Anggota Presedium MN KAHMI MS Kaban silaturahim tersebut wajar saja dilakukan oleh seorang presiden, namun sangat disayangkan bila kunjungan itu terkait gerakan ‘Bela Islam II’ pada 4 November lalu.

“Kalau persoalan silaturahim itu sah saja, tapi kalau itu dilakukan untuk mengantisipasi pasca 4 November, itu terlambat, walaupun tak ada istilah 4 November,” ujar MS Kaban usai konferensi pers di Kantor MN KAHMI, Jalan Turi, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (14/11).

Menurut dia, jika Jokowi mau menyelesaikan permasalahan 411, seharusnya dilakukan pada saat aksi berlangsung. Selain itu seharusnya jokowi sebagai presiden mampu bersikap tegas mengingat perkara ini menyangkut keyakinan umat Islam.

Namun nyatanya presiden terkesan menyepelekan tuntutan dan malah mengutus jajaran menteri kabinetnya untuk menemui perwakilan dari massa aksi. Sikap inilah yang disesalkan banyak pihak lantaran presiden tidak menemui langsung massa yang jumlahnya mencapai jutaan orang tersebut.

Ketegasan Jokowi mungkin saja bisa meredam hal-hal yang terjadi, baik pada saat bergulirnya aksi maupun gelombang pasca November.
“Padahal momentumnya paling cantik ya pas 4/11, kalau saja saat itu dia menyikapi dengan sikap tegas, suasana akan lain,” tegas MS Kaban.

Sehingga dia pun sangat menyayangkan safari yang dilakukan presiden pasca aksi 411. “Setelah berkunjung itu, malah menimbulkan multi persepsi dan kalimat multi tafsir,” ujar MS Kaban.

Menurut dia publik hanya meminta keadilan sehingga MS Kaban pun menyarankan agar sang kepala negara fokus pada isu penting pemicu Aksi Bela Islam II, yakni penistaan agama. “Ya fokus saja pada kasus penistaan agama,” tandas MS Kaban.

Sebelumnya, presiden Joko Widodo melakukan safari politik ke sejumlah institusi, organisasi islam, hingga partai politik. Safari yang dilakukan oleh Jokowi disinyalir untuk mengantisipasi aksi yang akan muncul pasca demo ‘Bela Islam II’ pada 411 lalu.

Adanya gerakan 411 akibat penegak hukum yang dinilai lamban mengusut kasus Ahok. Pada akhirnya gelombang aspirasi baik di daerah-daerah maupun di ibukota Jakarta deras mengalir untuk menuntut keadilan terhadap oknum penista agama.

Fadlan Syiam Butho

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan