Jakarta, aktual.com – kitab Arbain Nawawi merupakan kitab 40 Hadits yang disusun oleh Imam Yahya bin Syarafuddin al-Nawawi, Terkenal dengan julukan Imam Nawawi ra.
Dalam menyusun kitab tersebut, ia tidak hanya menggunakan metode rasional tapi juga berdasarkan istikharah kepada Allah swt.
Selain keikhlasan niatnya. Hal yang membuat kitab Hadits Arbain Imam Nawawi ra. Sangat populer dan terus dikaji dan diambil manfaatnya oleh umat islam adalah karena beliau merupakan seorang ulama yang juga wali. bahkan beliau termasuk wali qutb di zamannya dan merupakan sahabat Nabi Khidir as. Beliau menjalani laku riyadhah yg luar biasa berat semasa hidupnya. diantaranya beliau setiap hari selalu berthawaf di baitullah dan beliau setiap harinya hanya satu kali makan untuk mengisi perut dan bekal tenaga beribadah dalam sehari yaitu pada waktu Ba’da Isya saja. maka tidak heran jika karya-karya beliau selain berkualitas dari sisi keilmuan tapi juga penuh dengan keberkahan.
Jangan remehkan Hadits Dho’if karena masih dapat kita gunakan untuk sandaran dalam fadhoilul ‘amal dan lit targhib wat tarhib. Yakni sebagai motivasi, penyemangat maupun ancaman dalam hal ibadah, amar ma’ruf dan nahi munkar.
Dalam mengambil dan mengamalkan ilmu agama kita harus sadar posisi kita dimana. apakah pembelajar / tholib, pengajak / da’i atau Al-Qodhi/Al-Hakim yang memiliki otoritas berfatwa.
Banyak dari kita di zaman ini dalam proses mencari ilmu lancang memposisikan diri sebagai hakim, merasa berhak berpendapat dan memberi fatwa bahkan gampang menghakimi orang lain yang berbeda pendapat, berbeda landasan dalil dan mengomentari hadits Rasulullah saw tanpa adab. padahal disebut tholib haqiqi / pembelajar sejati pun kita mungkin belum pantas. Kita ini harusnya menjadi attholib addaa’i /pembelajar yg mengajak kepada kebaikan dengan perkataan dan perbuatan. lebih baik lagi kalau kita termasuk as-saalik / seorang yang menempuh jalan ruhani, yakni orang yang belajar dan mengamalkan ilmu dzohir dan ilmu bathin.
Imam Nawawi berusaha mengutip hadits2 shohih dalam kitab arbainnya kebanyakan dari kitab shohihain imam bukhori wa muslim dan para imam muhaddits yang lain. Sehingga dapat dipertanggungjawabkan kualitas sanadnya untuk dijadikan hujjah dan diamalkan.
Di akhir Kajian, Kyai Nafis mewasiatkan agar setiap selesai kajian ini, ikhwan dan akhwat melaksanakan shalat sunnah dhuha meskipun hanya dua rakaat karena sholat dhuha termasuk sunnah yang muakkadah (sangat di anjurkan) dan memiliki banyak keutamaan. Beliau juga berwasiat agar kita memperbanyak sholawat khususnya pada hari jumat dan terlebih di bulan sya’ban ini yang di sebut-sebut sebagai bulannya Rasulullah saw.
Shigot sholawat yang baik dibaca dan didawamkan diantaranya,
اللَّهُمَّ صل و سلم على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد
minimal 1000x dalam sehari.
Shulthonul Auliya Al-Imam Sidy Syeikh Abdul Qadir al-Jilani QS. mengatakan di dalam Ghunyahnya bahwa شعبان itu terdiri dari lima huruf yang mana Syin (ش) nya adalah As-Syarof / Kemuliaan, ‘Ain (ع) nya adalah Al-‘ Uluww / Keluhuran, Ba’ (ب) nya adalah Al-Birr / Kebajikan, Alif (ا) nya adalah Al-Ulfah / keakraban dan kelembutan, dan Nun (ن) nya adalah An-Nuur / Cahaya.
Kyai Nafis juga berwasiat kepada kita agar senantiasa bersabar dan bertawakal kepada Allah Taala dalam setiap keadaan. Khususnya pada masa merebaknya wabah covid-19 seperti sekarang ini. Dimana aktivitas kita menjadi lebih terbatas dari biasanya karena harus mengikuti himbauan pemerintah demi menjaga dari meluasnya penularan virus tersebut terhadap masyarakat. dan yang bekerja atau aktivitas di luar pun khawatir pemasukan menurun dan lain sebagainya. Semua ini merupakan ujian kita dalam bertauhid kepada Allah. Saat seperti inilah ketawakkalan kita sebagai hamba diuji. beliau juga berpesan agar ikhwan dan akhwat disamping berikhtiar / berusaha yang terbaik dalam menjaga diri dan keluarga, juga selalu mengingat dan berpegang pada hadits qudsi,
يا بن آدم، عليك التوكل و علي الكفاية، يا بن آدم، عليك التفويض و علي الحفظ.
“Wahai anak Adam, wajib atas kamu berserah diri (Tawakkal) dan Aku pasti mencukupi. Wajib atas kamu memasrahkan segala urusan (Tafwidh) dan Aku pasti memberikan penjagaan.”
Hal ini pun telah dicontohkan oleh Al-Imam Nawawi ra. di dalam proses penulisan kitab Hadits Arbain. Di penghujung muqoddimahnya beliau mengatakan,
و على الله الكريم اعتمادي و إليه تفويضي و استنادي
“Hanya kepada Allah Yang Maha Mulia aku bersandar. Dan hanya kepada-Nya lah aku pasrahkan segala urusanku.”
Sumber: Resume kajian dhuha kitab Arbain Nawawi bersama Kh. Muhammad Danial Nafis Hafizhahullah, 27/3/2020.
Artikel ini ditulis oleh:
Eko Priyanto