Jakarta, Aktual.com – Publik dikagetkan dengan penangkapan penyebar hoax, Saracen cyber army. Tren hoax sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, namun di seluruh dunia. Apalagi pemesan yang isunya banyak dari kalangan politisi.
“Masyarakat seharusnya menunggu hasil pihak berwajib untuk mengusut lebih lanjut. Bila hanya dugaan-dugaan nanti menambah kisruh di masyarakat. Namun yang pasti dari keterangan pihak berwajib, Saracen ini memang memanfaatkan dua pihak untuk diadu domba. Mereka mempunyai akun untuk memojokkan umat islam, maupun juga mempunyai akun untuk memojokkan umat beragama lain. Mereka mengambil kericuhan media sosial dari isu yang mereka sebar,” ujar Pakar keamanan siber Pratama Persadha dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (26/8).
Masyarakat kita umumnya baru benar-benar media sosial langsung dalam genggaman (smartphone) sekitar 5 tahun terakhir. Mulai ramai ke ranah politik sejak 2012. Satu kelompok mempunyai tim sendiri, kelompok lain pun demikian.
“Beberapa pihak melihat peluang ini, mengapa tidak terus diramaikan saja, meski kontestasi pemilu sudah berakhir. Korbannya jelas masyarakat. Karena itu pemerintah selain bertindak tegas lewat pendekatan hukum oleh aparat, sebaiknya juga menertibkan penjualan nomor seluler, disana kuncinya,” tegas Pratama.
Masyarakat pun juga harus diedukasi sedari dini, agar menjadi netizen yang baik. Pemerintah harus mendorong netizen tanah air sibuk menghasilkan konten positif.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka