Direktur Center For Indonesian Resources Strategic Studies (Ciruss), Disan Budi Santoso meminta kepada Pemerintah untuk segera memikirkan langkah besar guna mengambilalih tambang Freeport.
Menurutnya, Pemerintah masih memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum berakhirnya masa kontrak PT Freeport Indonesia yang jatuh pada 2021 mendatang.
Untuk itu, masih kata dia, langkah awal yang tepat bagi Pemerintah adalah segera membentuk badan usaha milik negara (BUMN) baru yang nantinya bertugas mengelola tambang emas yang terletak di tanah Papua.
“Saya kira gini, pertama mengambil alih suatu usaha perlu pertama manajemen, apa yang dilakukan sebelumnya dan bagaimana kelanjutannya. Yang kedua itu tehnikal, itu harus ada overlap, jadi orang-orang kunci harus kita siapkan,” kata Disan kepada Aktual di Jakarta, Minggu (9/8).
Ia melanjutkan, ketiga, kelanjutan terhadap offtakernya juga harus disiapkan mengingat hasil tambang kita tidak hanya untuk kebutuhan dalam negeri saja.
“Itu ga bisa di cari cuma sehari dua hari. Kontinuitas kontrak-kontrak ini harus siapa. Keempat, berkaitan dengan dana, kan kalau kelanjutan, katanya Freeport mau investasi sekian miliar. Itu kalau jujur, pemerintah audit bener gak sekian miliar?,” ujarnya.
“Jadi pemerintah harus tegas bilang ke Freeport saya ga mau perpanjangan, saya mau buat perusahaan ini, dan sebenarnya Antam pun siap kok, teman saya di antam bilang ke saya kalau mereka siap kok ambilalih tambang Freeport. Tapi lebih baik bangun BUMN baru, supaya tidak juga mengganggu liability-nya antam,” imbuh Disan.
Terkait pendanaan, dikatakannya tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan dalam segi pendanaan. Pasalnya, begitu BUMN terbentuk, akan banyak Bank-Bank besar di dunia ini yang menyoroti dan menyodorkan pinjaman.
“Ini yang tidak pernah kita pikirkan, yang namanya SDA, emas, tembaga, batubara, tidak akan habis, karena bisa tergantikan. Itu bank-bank diseluruh dunia itu nyari, mana nih yang bisa dipinjemin, jadi menurut saya tidak akan sulit. Justru tambang-tambang yang ada di Indonesia, yang punya perusahaan asing, itu semuanya dia pinjeman modalnya portofolio kok, itulah yang menurut saya ga susah cari modalnya,” tandasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby