Jakarta, Aktual.com — Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan kisruh antara Menteri ESDM Sudirman Said dengan Ketua DPR RI Setya Novanto merupakan bentuk keberhasilan pihak-pihak tertentu yang menginginkan situasi politik nasional kembali gaduh.

Sudirman Said diketahui telah melaporkan Setya Novanto ke Majelis Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI, terkait pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden dalam perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia. Novanto disebut Sudirman meminta saham ke Freeport untuk memuluskan perpanjangan kontrak dimaksud.

“Ada aroma mengadu domba, sampai sekarang kan belum jelas siapa sih yang menyebarkan transkrip itu. Siapa yang merekam adanya pertemuan Setnov dengan Freeport,” jelas Hendri saat dihubungi, Rabu (18/11).

Situasi demikian, kata dia, bisa jadi sengaja diciptakan untuk mengalihkan perhatian proses permohonan perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia. Ia menyinggung bagaimana Freeport mengajukan permohonan perpanjangan kontrak ke pemerintah belum belum lama ini.

Padahal, Freeport baru bisa mengajukan perpanjangan pada tahun 2019 mendatang sebelum kontraknya habis pada tahun 2021.

“Kenapa masuknya ke jalur etika tidak ke jalur hukum? Jalur ini kan ga jelas ujungnya. Sampai disini, bisa jadi Freeport yang menginginkan situasinya gaduh,” jelas Hendri.

Hal yang menarik lainnya, lanjut dia, proses pelaporan Sudirman Said ke MKD sudah diketahui oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Presiden dan Wapres mengetahui apa saja yang dibawa Sudirman Said ke MKD. Akan tetapi, Presiden dan Wapres membiarkan semua itu terjadi.

“Opsi untuk tidak membuat gaduh itu kan ada, Presiden bisa panggil Setnov untuk minta klarifikasi tanpa lewat ranah publik. Ada opsi untuk tidak membuat gaduh, tapi yang diambil opsi membuat gaduh, bahkan masuk ranah yang ujungnya tidak jelas,” tandasnya.

“Sekarang ini, bisa jadi yang ketawa paling kenceng Freeport. Karena kemudian muncul ketidakpercayaan publik terhadap legislatif, muncul ketidakpercayaan publik terhadap eksekutif,” sambung Hendri.

Artikel ini ditulis oleh: