Jakarta, Aktual.com – Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), pada Jumat menetapkan pahlawan super Wonder Woman sebagai duta kehormatan kendati sebagian kalangan menganggap tokoh komik perempuan berpakaian minim itu merupakan pilihan yang tak pantas.
PBB ‘menugasi’ Wonder Woman untuk memerangi ketidaksetaraan gender.
Dalam upacara pengukuhan duta kehormatan, para pejabat PBB mengatakan Wonder Woman dikenal atas komitmennya dalam mengusung keadilan, perdamaian dan persamaan.
“Wonder Woman adalah sebuah simbol,” kata Under-Secretary-General PBB Cristina Gallach (22/10).
“Kami senang bahwa karakter (komik, red) ini akan membantu kita menjangkau kalangan baru untuk disebari pesan penting menyangkut pemberdayaan dan persamaan (gender, red).” Para pejabat PBB mengatakan mereka berharap terpilihnya karakter pahlawan super dalam buku komik dan film itu akan menjangkau para perempuan muda dalam kampanye pemberdayaan perempuan.
Slogan kampanye itu sendiri berbunyi “Pikirkan semua ‘wonder’ (keajaiban) yang bisa kita wujudkan.” Karakter Wonder Woman, buatan DC Comics Inc., pertama kali muncul pada 1942. Jawara adidaya perempuan itu digambarkan sigap memerangi para penjahat, menyelamatkan para korban dan mengungkap rencana kejahatan.
Dalam tayangan seri televisi, Wonder Woman dimainkan oleh aktris Lynda Carter pada 1970-an.
Edisi film akan dirilis tahun depan dengan Gal Gadot sebagai aktris yang memerankan Wonder Woman.
“Tak ada peran paling sempurna (selain sebagai duta kehormatan, red) bagi dia (Wonder Woman, red),” kata Carter.
Carter mengatakan karakter perempuan super dalam komik itu menunjukkan bahwa perempuan bisa menjadi “pintar dan cantik dan kuat dan bijaksana dan baik hati dan berani.” Namun, penunjukan Wonder Woman sebagai duta kehormatan mendapat penentangan.
Sudah hampir 1.000 orang menandatangani petisi daring, yang mendesak Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk mempertimbangkan kembali penunjukan Wonder Woman.
“Kendati pencipta aslinya berniat agar Wonder Woman memperlihatkan perempuan ‘pejuang’ yang kuat dan independen dengan membawa pesan feminis, pada kenyataannya penampilan karakternya saat ini adalah berdada besar, perempuan kulit putih yang memiliki postur tubuh terlalu sempurna, berpakaian minim, dengan baju yang mengilap dan ketat memamerkan paha,” demikian bunyi petisi tersebut.
Puluhan karyawan PBB berunjuk rasa dengan melakukan aksi diam di beranda ruang pengunjung PBB.
Salah satu dari mereka mengusung tulisan “Para perempuan berhak mendapatkan duta yang nyata.” (Ant)