Jakarta, aktual.com – Upaya diplomasi perlu terus dilakukan secara strategis untuk mengkampanyekan kelapa sawit Indonesia yang menunjang pembangunan berkelanjutan, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan di luar negeri, termasuk mahasiswa, profesional, dan diaspora Indonesia, antara lain di Belanda.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Multilateral Kementerian Luar Negeri Dindin Wahyudin, dalam Dialogue on Sustainable Palm Oil yang diselenggarakan di KBRI Den Haag, Belanda, Kamis (21/11).
Menurut Dindin, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, berbagai pihak Uni Eropa terus meluncurkan kampanye hitam dan informasi yang menyesatkan mengenai industri kelapa sawit Indonesia, termasuk di dalam berbagai forum PBB dan multilateral lainnya.
Padahal pemerintah Indonesia bersama dengan kalangan swasta dan para petani telah mengambil langkah-langkah agar industri sawit Indonesia menjadi lebih berkelanjutan melalui berbagai cara, antara lain memenuhi sertifikasi RSPO dan ISPO.
Pemerintah juga telah mengeluarkan peraturan moratorium pembukaan lahan bagi perkebunan kelapa sawit, intensifikasi produktivitas kelapa sawit yang ada, hingga mendorong implementasi sistem zero waste management.
Minyak kelapa sawit merupakan komoditas strategis bagi Indonesia. Kelapa sawit menjadi sumber kehidupan bagi para petani kecil yang mencakup 42 persen dari total kepemilikan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Industri kelapa sawit juga menciptakan peluang kerja bagi 17 juta orang.
Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Jambi Dr. Forst. Bambang Irawan yang juga menjadi pembicara pada kegiatan tersebut menyampaikan bahwa industri kelapa sawit terbukti secara ilmiah memiliki dampak positif pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan serta pengentasan kemiskinan bagi masyarakat pedesaan di Indonesia.
Industri minyak sawit Indonesia merupakan 54 persen dari total pasokan minyak bersertifikasi di dunia. Di Indonesia, industri kelapa sawit setidaknya mendukung pencapaian delapan dari tujuh belas Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Dialogue on Sustainable Palm Oil dihadiri oleh berbagai kalangan di Belanda, yakni akademisi, pengusaha, jurnalis, serta diaspora profesional, dan pelajar Indonesia.
Diskusi dilakukan untuk mendengar berbagi pandangan mengenai sejauh mana upaya-upaya yang dilakukan berbagai kalangan di Indonesia agar industri kelapa sawit di Indonesia menjadi berkelanjutan. Pandangan para peserta yang hadir menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat di Belanda sepaham dengan kampanye negatif yang dilakukan oleh Uni Eropa terhadap kelapa sawit.
Beberapa peserta yang berasal dari kalangan profesional dan akademisi menyarankan Indonesia untuk bisa memahami secara utuh motivasi dari kampanye negatif yang dilakukan oleh sejumlah pihak di Eropa agar diplomasi yang dilakukan dapat berjalan efektif.
Dalam diskusi tersebut, perwakilan dari persatuan pelajar Indonesia (PPI) setempat menyatakan keinginannya untuk berkontribusi dalam upaya penangkalan kampanye negatif tersebut di Belanda dan Eropa, antara lain melalui media sosial. [Eko Priyanto]
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin