Jakarta, Aktual.com — Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) menyampaikan rasa belasungkawa atas jatuhnya korban dalm musibah tenggelamnya Kapal Motor Rafelia 2 di Selat Bali.
Terkait kejadian tersebut, DPD RI menuntut pemerintah agar segera melakukan perbaikan sistem keselamatan penumpang transportasi laut.
“Musibah tenggelamnya KM Rafelia 2 di Selat Bali terjadi hanya berselang sekitar dua bulan semenjak kecelakaan kapal feri di Sulawesi Selatan yang juga menelan korban jiwa. Jelas ini menunjukkan ada yang salah pada sistem keselamatan pelayaran kita,” ujar Wakil Ketua DPD RI Farouk Muhammad di Jakarta, Senin (7/3).
Senator dari NTB ini mengaku prihatin dengan kondisi pelayaran yang buruk. Sebagai negara kepulauan yang bercita-cita menjadi Poros Maritim dunia, pemerintah harus segera bangkit dan memperbaiki kinerjanya dalam menjamin keselamatan lalu lintas perairan.
“kebanyakan korban adalah warga daerah yang melaju antarpulau dan memang mengandalkan transportasi laut karena tidak memiliki alternatif lain,” ungkap Farouk.
Untuk itu, Farouk menegaskan bahwa saat ini diperlukan adanya keberpihakan pemerintah terhadap penjaminan sistem keselamatan pelayaran.
“Tahun lalu saya mendengar dari Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai bahwa tiap tahunnya dapat terjadi 30-40 kecelakaan kapal. Apabila temuan tersebut tidak segera ditindaklanjuti, maka pemerintah dapat dipandang melakukan pembiaran,” tegasnya.
Laki-laki yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Bung Karno itu juga menyesalkan praktik pelayaran yang pragmatis namun lalai terhadap kualitas keselamatan.
“Dari dulu sudah diungkap bahwa banyak kapal melaut dengan kelebihan beban dan tidak sesuai daftar manifest, lalu ada juga kapal bekas yang bebas berlayar dan tidak mengalami perawatan berkala. Seharusnya sistem pelayaran kita diperketat layaknya sistem transportasi udara. Jangan main-main dengan nyawa manusia. Tiap penumpang harus mendapat satu pelampung sebelum kapal berlayar,” tandas Farouk.
KM Rafelia 2 tenggelam di Selat Bali pada Jumat (4/3) sekitar pukul 13.00 WIB akibat kebocoran pada lambung kapal. Kapal ro-ro berjenis landing craft tank (LCT) tersebut mengangkut 80 orang, dengan 76 penumpang di antaranya dinyatakan selamat.
Kecelakaan ini adalah kecelakaan kedua dalam tiga bulan terakhir setelah Kapal Motor (KM) Marina hilang kontak dengan syahbandar dalam perjalanan dari Pelabuhan Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara menuju Pelabuhan Bansalae, Sulawesi Selatan, 19 Desember 2015 lalu.
Artikel ini ditulis oleh: