Jakarta, Aktual.com — Kapasitas kilang milik PT Pertamina (Persero) mulai menyusut dalam perkembangan terakhir ini. Kapasitas kilang yang dulunya adalah 1 juta barel per hari, saat ini menyusut menjadi 800 ribu barel per hari, mengikuti perkembangan lifting minyak nasional.
Pertamina bukannya menambah kapasitas volume kilang mereka, malah lebih melakukan Resid Fluid Catalytic Cracking (RFCC) untuk meningkatkan kualitas produk, dan menaikan value hasil pengilangan.
Padahal tahun lalu, banyak perusahaan berminat membangun kilang bekerjasama dengan Pertamina. Sampai saat ini progres pembangunan kilang masih jalan di tempat.
Data menyebutkan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri setiap tahun terus meningkat. Saat ini saja kebutuhan BBM nasional di kisaran 1,6-1,7 juta barel per hari, sehingga terkesan Pertamina menyengaja untuk tetap mempertahankan ketergantungan terhadap impor minyak.
Padahal perusahaan plat merah yang dipimpin Dwi Soetjipto ini terus mendengungkan pemberantasan mafia migas, karena keberadaan mafia yang sulit dibuktikan ini katanya berada di permainan impor minyak.
Lantas apakah benar Pertamina telah memberantas mafia migas, sementara Pertamina sendiri tetap mempertahankan tradisi memperbanyak impor?
Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro membenarkan bahwa kapasitas volume kilang pertamina telah mengalami penurunan mengikuti lifting nasional.
“Sesuai lifting nasional yang tidak mencapai 900 ribu barel per hari, maka kapasitas produksi kilang 800 ribu barel stream per day,” ujar Wianda kepada aktual.com, Rabu (20/4).
Tetapi Wianda membantah, bahwa Pertamina tidak serius melakukan penambahan kilang. Pihaknya tengah berfokus pada penambahan kilang Tuban dan akan segera disampaikan pemenang tendernya.
“Sudah tinggal diumumkan pemenangnya. Kilang baru Tuban kami harap bisa segera umumkan pemenangnya dulu,” kata dia.
Pertamina menargetkan kilang baru ini akan mulai beroperasi pada 2021. “Kami perkirakan pembangunan selesai 4 tahun,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan