Jakarta, Aktual.com — Kapolda Papua Brigjen Paulus Waterpauw menegaskan, kasus kerusuhan di Distrik Karubaga, Tolikara pada saat perayaan hari raya Idul Fitri 17 Juli lalu, diselesaikan melalui jalur hukum. Meski perdamaian secara adat pun tetap dilakukan.

“Kesepakatan damai itu langkah awal. Saya pikir langkah awal meredam semua agar tak berkembang, akhirnya sepakat mendorong perdamaian, tapi upaya hukum tetap tegas,” kata Paulus, saat di Gedung PTIK, Jakarta Selatan, Rabu (12/8).

Dia mengatakan, jika melihat ke belakang apabila terjadi suatu insiden kekerasan, proses pernyelesaian secara adat tak bisa menyelesaikan masalah. Pasalnya, akan ada saja pihak-pihak yang tak menerima kesepakatan perdamaian itu.

“Yang dipandang, upaya proses adat biasanya tak pernah langgeng, tak pernah bisa diterima semua pihak,” katanya.

Untuk itu, tambah Paulus, penindakan proses hukum kasus Tolikara tetap dilanjutkan, pasalnya kerusuhan tersebut terjadi pada saat umat Muslim hendak melaksanakan salat Idul Fitri yang dipandang sebagai kasus tak biasa.

Menurutnya, akan berbeda jika kerusuhan di Tolikara terjadi dua hari atau beberapa hari sebelum perayaan Idul Fitri.

“Kalau kejadiannya dua hari atau beberapa hari sebelumnya, masyarakat akan melihat itu konteks kejadian umum, kalau ibadah itu kan sensitif. Makanya, mendamaikan secara adat itu tak menyelesaikan masalah,” kata dia.

Insiden Karubaga terjadi saat umat Islam sedang melaksanakan shalat Id pada Jumat (17/7), di Lapangan Koramil Karubaga, tiba tiba diserang dan dilempari hingga shalat Id tidak dapat dilaksanakan sampai selesai.

Saat insiden itu terjadi, aparat keamanan sempat menggeluarkan tembakan peringatan dan melukai 11 orang, satu di antaranya meninggal setelah sempat dirawat di RSUD Dok 2 Jayapura.

Tidak beberapa lama kemudian, warga melakukan pembakaran kios hingga mengakibatkan terbakarnya mushala yang lokasinya berdampingan dengan kios. Paulus menegaskan bahwa terbakarnya mushola terjadi secara tidak sengaja.

“Mushala itu (terbakar) tidak disengaja tapi karena (api) merembet,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu