Sejumlah personil Brimob menaiki kendaraan untuk memburu kelompok Santoso di Desa Sedoa, Lore Utara, Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (24/3). Aparat gabungan TNI-Polri terus memburu kelompok teroris pimpinan Santoso yang kian terdesak di pegunungan Poso dalam operasi keamanan bersandi Tinombala 2016. ANTARA FOTO/Edy/BMZ/ama/16

Jakarta, Aktual.com – Kapolri Tito Karnavian disarankan evaluasi jajarannya, pasca keberhasilan menewaskan pimpinan kelompok bersenjata Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.

Saran disampaikan Anggota Komisi III DPR RI Dossy Iskandar, menyusul beredarnya pernyataan bernada negatif dari warga Poso pascatewasnya Santoso. Dimana keberadaan aparat kepolisian di Poso selama ini justru dianggap menebar kebencian di lingkungan masyarakat, ketimbang keamanan.

“Apapun pendapat yang berkembang atas keberadaan Satgas itu yang lebih penting Kapolri dan seluruh jajaran yang bertugas di sana, termasuk pasukan yang di-BKO-kan harus dilakukan evaluasi pasca tertembaknya Santoso dan penyerahan diri istri Santoso,” kata Dossy, di Komplek Parlemen, Senayan, Selasa (26/7).

Evaluasi perlu dilakukan guna melihat kembali dampak atas operasi Tinombala yang digelar cukup lama di Poso. Sehingga ada keputusan apakah akan tetap diperlukan atau tidak personil yang mencapai 3.000 orang itu.

“Sekarang harus mengkaji kembali atas dampak dari operasi Tinombla itu, sehingga kita mengetahui apakah masih diperlukan atau tidak termasuk dengan memperhatikan betul keluhan atau pendapat yang cukup baik pada dampak negatif atas keberadaan Satgas tersebut,” papar politikus Hanura itu.

“Karena kadang dalam persepektif tertentu, Satgas itu menimbulkan kebencian baru, tapi kita tetap harus waspada kebencian baru untuk tidak menjadi strategi agar tidak ada satuan tugas di sana kemudian mereka membangun kekuatan di sana, itu juga harus diperhatikan secara proporsional,” tandas dia. (Novrizal S)

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang