“Diminta perhatian dan pelakuan khusus dari petugas kepada korban perkosaan karena terkadang korban kebingungan terhadap kejadian yang menimpanya,” tutur Tito.

Petugas kepolisian juga mempertimbangkan psikologis dan empati terhadap korban perkosaan saat dilakukan pemeriksaan dengan menghindari pertanyaan yang tidak penting. Polri juga akan memperbanyak pelatihan bagi anggota kepolisian yang ditempatkan pada Unit PPA agar memahami cara tepat menangani perkara kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Tito mengundang 67 perwakilan aktivis perempuan dan gender guna meluruskan pemberitaan media online luar negeri di rumah dinas Kapolri Jalan Pattimura Kebayoran Baru Jakarta Selatan sejak pukul 16.00 WIB hingga 18.00 WIB.

Kapolri dalam pertemuan itu didampingi Kabareskrim Polri, Kadiv Propam Polri, Karo Penmas Div Humas Polri, Wakapolda Metro Jaya, penyidik tindak pidana terhadap Perempuan dan Anak Bareskrim Polri dan Polda Metro Jaya.

Sementara itu aktivis perempuan dan gender yang hadir antara lain Pertiwi Rusmanhadi (DERAP WARAPSARI), Wulandari Danoekoesoemo (Lentera Sintas Indonesia) dan Netty Prasetyani Achmad Heryawan yang juga istri Gubernur Jabar (anggota Maju Perempuan Indonesia atau MPI).

Artikel ini ditulis oleh:

Antara