Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian saat menjadi Keynote Speaker dalam acara Pelantikan Pengurus Prodem periode 2016-2019 di Jakarta, Selasa (24/1/2017). Selain pelantikan Prodem juga melakukan diskusi yang mengambil tema "Demokrasi Dan Kesejahteraan.

Jakarta, Aktual.com – Kapolri Jenderal Tito Karnavian mencurigai ada unsur politis terselubung di balik aksi dzikir dan doa bersama terkait pengawalan perkara penodaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang akan digelar Sabtu 11 Februari 2017, besok.

Jenderal polisi jebolan Akpol 87′ itu menyebut gerakan 112 tersebut syarat kepentingan politik. Karena aksi yang digagas gabungan ormas Islam ini terkesan adanya campur aduk agama dengan politik.

“Namun, rekan sekalian masih cukup kental aroma politik dari aksi ini, Kami melihat bahwa masalah keagamaan sebaiknya tidak dikaitkan dengan masalah politik,” kata Tito di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (10/2).

Sebab menurut Kapolri, aksi 112 yang sudah dirubah dari long march menjadi kegiatan keagamaan tersebut sangat erat hubungannya dengan perhelatan Pilgub DKI Jakarta 2017.

“Mobilisasi massa erat hubungannya dengan masalah politik Pilkada. Berkaitan dengan itu beberapa waktu lalu elemen masyarakat ini berupaya melakukan long march dari Monas ke Bundaran HI dan kembali ke Monas,” terang bekas Kepala BNPT ini.

Kendati demikian, Tito tetap mempersilahkan masyarakat yang ingin tetap menggelar Aksi 112 tersebut selama masih dalam koridor hukum sebagaimana telah disepakati. Aksi 112 akan dipusatkan di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.

“Kami sudah tahu unsurnya dari mana. Memang dimobilisasi untuk itu. Kami sudah ingatkan kalau mau ibadah silakan beribadah, tapi jangan akal-akalan mau tumpah kejalanan dalam rangka memberikan kesan provokatif dan berpotensial melanggar hukum,” ujar Kapolri.

Laporan: Fadlan Syiam Butho

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby