Jakarta, aktual.com – Syekh Mikhlaf al-‘Aliy menceritakan, suatu ketika Syekh Abdul Qadir al-Jailani berkata di depan murid-muridnya, “Hari Jumat besok aku akan menampakkan pada kalian karamah terbesarku.”
Tentu saja berita ini segera menyebar pada seluruh muridnya dan masyarakat luas. Mereka sangat penasaran menyaksikan langsung apa karamah terbesar yang dimiliki Syekh Abdul Qadir yang memang dikenal sebagai seorang wali dan dikaruniai banyak sekali karamah.
Hari Jumat pun tiba. Masyarakat berbondong-bondong datang ke masjid. Tentu saja niat mereka kali ini bukan lagi sekedar menunaikan kewajiban Jumat, melainkan juga ingin menyaksikan apa karamah terbesar Syekh Abdul Qadir.
Setelah menyelesaikan rangkaian ibadah Jumat, Syekh Abdul Qadir naik mimbar. Ia bertanya pada semua hadirin, “Apakah kalian sudah melihat karamahku?” Mereka menjawab, “Kami tidak melihat apapun.”
Beliau berkata, “Sekarang aku ingin bertanya pada kalian, dan tolong jawab dengan jujur. Apakah kalian pernah melihatku meninggalkan shalat fardhu?”
Mereka menjawab, “Tidak pernah.”
“Pernahkah kalian melihatku meninggalkan puasa Ramadhan?”
“Tidak.”
“Pernahkah melihatku berbohong? Pernahkah kalian melihatku mengambil hak orang lain? Pernahkah kalian melihatku bergunjing?”
“Tidak.”
“Apakah shalat yang aku kerjakan berbeda dengan shalat yang Rasulullah kerjakan?”
“Tidak”.
“Apakah khutbahku berbeda dengan khutbah Rasulullah?”
“Tidak.”
“Itulah sesungguhnya karamah terbesarku; istiqamah.”
الاستقامة أكبر كرامة
“Istiqamah adalah karamah terbesar.”
Jangan sibukkan diri untuk mendapatkan berbagai karamah zhahir. Sibukkanlah diri dengan meraih karamah batin yaitu istiqamah.
مَنِ انْشَغَلَ بِالْكَرَامَةِ حُجِبَ عَنْ رَبِّ الْكَرَامَةِ
“Siapa yang sibuk dengan karamah, terhijab dari Rabb yang memberikan karamah.”
احْذَرُوا الشَّهْوَة الْخَفِيَّةَ فىِ الْعِبَادَةِ
“Waspadai syahwat terselubung dalam beribadah.”
Waallahu a’lam
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain