Jakarta, Aktual.com — Pengamat politik Tjipta Lesmana mengaku heran dengan Presiden Joko Widodo. Banyak kebijakan anak buahnya di Kabinet Kerja yang melenceng dari gagasan besar Nawa Cita dan Trisakti, namun Presiden terkesan membiarkan pembantu-pembantunya berseberangan.
Hal yang membuat publik bertanya-tanya, dimana konsep Nawa Cita dan Trisakti yang didengung-dengungkan Jokowi.
“Saya (dulu) pilih Pak Jokowi, tapi (sekarang) kecewa. Dimana itu Trisakti? Saya bingung, Rini Soemarno getol bikin utang, tol laut, ada lagi mou soal pembiayaan 30 unit airbus, kereta cepat, ada 3 bank (hutang), dari Cina lagi, dia teken-teken utang terus. Dimana mandirinya?” tegasnya dalam diskusi ‘Bersih-bersih Kabinet, Menggusur Menteri Anti Nawa cita dan Trisakti’ di Jakarta, Minggu (29/11).
Prof Tjipta merasa kasihan dengan Megawati Soekarnoputri yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan. Orang yang memberikan jalan bagi Jokowi yang akhirnya terpilih menjadi presiden, akan tetapi tidak menjalankan konsep Nawa Cita dan Trisakti dengan sepenuh hati.
Dibeberkan, dalam suatu kesempatan putri Bung Karno itu menghadiri peluncuran buku karya Yudi Latif tentang konsepsi Pancasila. Disitu, Megawati menyatakan perlunya revolusi Pancasila. Cipta menilai pernyataan itu lebih diarahkan kepada pemerintahan Jokowi-JK yang tidak melaksanakan konsepsi Pancasila itu dalam penjabaran Trisaktii.
Sebelum Mega menjadi keynote speaker, lanjut dia, Presiden diketahui melakukan kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat. Di negeri paman Sam, Presiden Jokowi bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Dimana salah satu pernyataan menariknya adalah pertimbangan Presiden Jokowi untuk bergabung dalam Trans Pacific Partnership (TPP).
“Saya kadang ketawa, saya kasihan sama Bu Mega,” ucapnya.
Bisa jadi, lanjut dia, Presiden dibawah tekanan oleh para pembantunya di Kabinet Kerja. Hal yang menurutnya tidak perlu terjadi.
“Kita bingung, ada menteri dia tidak mengindahkan perintahkan Pak Jokowi. Tolong para menteri jangan gaduh, diluar tetap gaduh. Sudirman (Said) juga misterius, padahal pemerintah akan memperpanjang (Freeport) dengan berbagai syarat,” demikian Prof Tjipta.
Artikel ini ditulis oleh: