Jakarta, Aktual.com – Pengamat kebijakan publik Concern Think Thank Institute, Ir Djuni Thamrin MSc, Ph.D, menilai seharusnya Pemerintah pusat bisa satu suara mendukung segera beroperasinya pabrik semen di Rembang milik PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Pasalnya, selain PT SI merupakan BUMN, sejauh ini aksi penolakan telah mengindikasikan berbagai kejanggalan. Salah satunya, tetap beroperasinya kegiatan penambangan batu kapur oleh belasan perusahaan swasta di areal tambang yang berhimpitan dengan areal tambang milik PT Semen Indonesia.
“Jadi sebetulnya ada apa di balik semua ini? Apakah ini murni persaingan bisnis dengan balutan ekologis? Sebab ada fakta, di wilayah yang bakal ditambang Semen Indonesia di Rembang itu, jauh sebelumnya sudah lebih dulu ada perusahaan-perusahaan swasta berbekal izin galian C yang menambang batu kapur. Kenapa mereka tetap bisa beroperasi sampai sekarang?” ujar Djuni Thamrin dalam diskusi Forum Wartawan DPR bertema “Industri Semen dan Pelestarian Lingkungan”, di kawasan Senayan,Jakarta, Jumat (10/3).
Menurut Djuni, hal lain yang terindikasi kejanggalan, yakni proses hukum terhadap kasus semen Rembang. Pihak Semen Indonesia yang menang di tingkat PTUN dan banding, akhirnya kalah di tingkat Mahkamah Agung.
“Apalagi di PTUN juga terbukti Semen Indonesia menang. Memang kemudian ada novum baru dan digugat ke MA. Novum itu sendiri ternyata bukti-buktinya juga sangat aneh, seperti dukungan dari power rangers atau copet pasar,” katanya.
Menurut Djuni, Banyaknya keanehan dalam kasus pabrik semen di Rembang, harus dicermati betul oleh pemerintah pusat. Djuni pun mempertanyakan peran dan kebijakan pemerintah terkait hal itu.
“Banyak sekali institusi nasional termasuk Ombudsman yang justru mendukung pihak penolak. Menurut saya mereka tidak lagi melihatnya secara obyektif. Aneh Jika pemerintah pusat tak total mendukung Semen Indonesia di Rembang,” tutur dia.
Lebih lanjut, Djuni mengungkapkan, Presiden Soekarno dulu pernah mengatakan bahwa Semen Gresik adalah cikal bakal Semen Indonesia yang merupakan alat perjuangan negara dan harus dipertahankan.
“Kok sekarang justru diobok-obok?” tanyanya.
Djuni mengingatkan bahwa pabrik semen milik asing banyak bermunculan di Indonesia. Apalagi secara internasional, persaingan untuk menguasai sumber bahan baku semen juga semakin tinggi di negeri ini.
Hal lain, negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Filipina, atau Vietnam sedang berusaha untuk menyetok semen.
“Mereka melihat ada kecenderungan akan terjadi kesulitan semen di masa mendatang. Mereka juga butuh untuk pembangunan,”
“Lha ini berbahaya kalau kemudian terjadi monopoli asing, semen akan menjadi komoditas yang strategis dibanding sekedar cabe. Apalagi Indonesia dengan Nawa Cita nya Presiden Jokowi sedang gencar membangun infrastuktur di mana-mana,” pungkasnya.
Sebelumnya, Izin lingkungan pertambangan untuk PT Semen Indonesia di Kabupaten Rembang telah dicabut sebulan silam oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ganjar memerintahkan agar pabrik semen tidak beroperasi lagi lantaran dinilai merusak lingkungan.
laporan: Nailin In Saroh
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid