Jakarta, Aktual.com – Krisis moneter pada tahun 1997-1998 yang melanda Indonesia memberikan tekanan sangat besar bagi perekonomian domestik. Untuk meredakan tekanan global kala itu, pemerintah terpaksa harus berutang kepada Dana Moneter Internasional (IMF) senilai USD 9,1 miliar dan baru bisa lunas pada 2006.

Menurut mantan Wakil Presiden Boediono tindakan IMF salah dalam menghadapi krisis Indonesia pada 1997-1998. Dia membeberkan saat itu, IMF menyarankan agar Indonesia menutup 16 bank kecil yang memiliki aset 3-4 persen dari total aset perbankan nasional, namun tanpa payung pengaman.

Boediono berpandangan, saran IMF tersebut justru memberikan dampak psikologis bagi masyarakat di Indonesia. Bahkan, setelah 16 bank ditutup. masyarakat semakin enggan menyimpan dananya di bank nasional.

“Pada waktu itu resep ronde pertama salah. Untuk 16 bank yang 3-4 persen dari aset bank tanpa ada payung pengamannya,” ujar Boediono dalam pembahasan mengenai turbulansi ekonomi di Djakarta Theater, Jakarta, Rabu (28/11).

Kata dia, saat itu masyarakat secara serentak memindahkan dananya dari bank kecil ke bank besar swasta maupun BUMN. Tak hanya itu, sebagian masyarakat bahkan menyimpan dananya ke luar negeri agar dananya tetap aman.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid