Jakarta, Aktual.com – Anggota Fraksi Hanura di DPR RI Dadang Rusdiana meminta kepada anggota dewan untuk tidak membicarakan hal sensitif saat melakukan rapat paripurna. Terutama yang menyangkut SARA, seperti yang disampaikan anggota Fraksi PKS Almuzammil Yusuf.

‎”Jangan bicara yang sensitif seperti larang-larang orang memilih pemimpin karena perbedaan agama, itu SARA yang sensitif,” ujar Dadang di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (20/10).

Menurut Dadang, jika berbicara suku, ras, agama dan antargolongan urusannya bisa panjang bahkan bisa membahayakan situasi keamanan negeri. Padahal, kata dia, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah disepakati para pendiri bangsa dari berbagai agama dan suku.

“Pancasila adalah kesepakatan, jadi kita harus bicara dalam perspektif Pancasila ketika berbicara di wilayah publik, maka agama yang kita bicarakan adalah sebagai moralitas dan akhlak,” jelas Sekretaris Fraksi Hanura di DPR ini.

Maka dari itu, kata Dadang, sebaiknya carilah nilai-nilai agama yang bisa diterima semua pihak seperti kejujuran, kesederhanaan, kerja keras dan toleransi antar ummat beragama.

“Calon presiden, gubernur, bupati itu ada di UU syarat-syaratnya. Tidak boleh ditambah-tambah dengan hal yang berbau SARA, berbahaya,” kata anggota Komisi X DPR ini.

Sebelumnya, anggota Fraksi PKS Almuzammil Yusuf mengumandangkan takbir di ruangan rapat paripurna dan membacakan surat terkait pernyataan Gubernur DKI soal Al-Maidah ayat 51‎ pada Rabu (19/10).

Muzammil mengingatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk menegakkan hukum. Serta mengajak anggota dewan bertakbir.

“Saya ajak takbir. Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar walillahilham,” kata Muzammil.(Nailin In Saroh)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid