Jakarta, Aktual.co —Kekejaman kelompok militan Islamic State (ISIS) selama berkuasa di wilayah Sinjar, Irak telah meninggalkan luka yang sangat dalam bagi penganut agama minoritas Yazidi. Tak heran, setelah ISIS berhasil diusir dari wilayah tersebut, aksi balas dendam pun bermunculan. Adalah umat muslim Sunni dari etnis Arab yang kini jadi sasaran pelampiasan amarah para penganut Yazidi. Penyerbuan terhadap desa-desa yang dihuni etnis Arab oleh kelompok bersenjata Yazidi marak dilaporkan sejak wilayah tersebut bebas dari ISIS bulan Desember silam.
Seperti diberitakan Reuters, Selasa (10/2) diketahui setidaknya sudah empat desa yang menjadi korban amuk massa Yazidi. Mereka melakukan pembakaran dan penjarahan terhadap rumah warga Arab. Setidaknya 21 orang tewas dan 17 lainnya hilang akibat aksi brutal ini. “Ini merupakan aksi balas dendam Yazidi. Mereka ingin mengusir Arab dari wilayah ini, sehingga hanya kaum mereka yang tersisa. Mereka ingin mengubah peta,” kata Dhafer Ali, warga Arab asal desa Sibaya kepada Reuters.
Yazidi adalah sebuah agama kuno yang ajarannya merupakan gabungan dari elemen-elemen agama Islam, Nasrani dan Zoroasterianisme. Selama berabad-abad mereka hidup damai berdampingan dengan muslim Arab dan penganut agama lainnya di Irak. Namun, sejak ISIS datang dan menguasai wilayah Sinjar awal tahun lalu, kehidupan mereka berubah 180 derajat. Mereka dianggap sebagai penyembah setan oleh kelompok Islam garis keras itu. Ratusan penganut Yazidi di Sinjar dibunuh serta ribuan lainnya ditahan, dijadikan budak atau diperkosa.
Pertengahan tahun lalu, ribuan penganut Yazidi berhasil keluar dari wilayah Sinjar. Kini mereka berangsur mulai kembali memadati wilayah di bagian Utara Irak itu. Namun, setelah kembali mereka merasa tidak bisa lagi hidup bertetangga dengan orang Arab. Pasalnya, mereka merasa warga Arab turut membantu ISIS selama melakukan penindasan.
“Sudah tidak mungkin lagi bagi kami untuk hidup berdampingan dengan mereka (Arab). Mereka tidak bisa dipercaya, musuh kami. Mereka menghancurkan rumah kami, maka kami ingin rumah mereka dihancurkan juga,” ujar seorang Yazidi asal Gohbal. Meski begitu, identitas kelompok yang melakukan serangan-serangan ini belum bisa teridentifikasi dengan jelas. Pasalnya, tidak satupun kelompok yang mau menyatakan bertanggung jawab.
Panglima kelompok Yazidi ternama dan orang yang paling dicurigai sebagai aktor utama penyerangan-penyerangan tersebut, Qassem Sheso tegas membantah bertanggung jawab. “Tradisi kami tidak mengenal perilaku semacam itu. Mereka (pelaku penyerbuan) adalah kaum ekstrimis yang ditunggangi kepentingan asing,” ujarnya kepada Reuters melalui sambungan telepon.
Laporan: Ijal Sikumbang

















