Jakarta, Aktual.com – Sebulan menjelang pendaftaran Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang dimulai pada 4 Agustus 2018, hingar bingar Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 tampak semakin jadi.
Selain pemberitaan terkait figur yang menjadi kandidat Capres dan Cawapres yang mewarnai media massa tiap harinya, hingar bingar Pilpres 2019 pun merambah ke penjualan kaus.
Kaus bertuliskan #2019GantiPresiden, yang sempat viral pada beberapa waktu lalu, ternyata masih memiliki daya magnet tersendiri.
Salah satu penjual di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, May menyatakan, hingga saat ini, penjualan kaus #2019GantiPresiden belum menurun.
Awalnya ia mengaku menjual kaus ini lantaran sempat menjadi viral di media sosial dan banyak diberitakan media massa. Meskipun kini cenderung sepi pemberitaan, menurutnya kaus ini masih banyak peminat.
“Saya ikutin aja karena lagi ramai seperti kios lain. Waktu ramai, omzet saya memang naik sampai ada satu orang yang membeli 5 setengah lusin,” kata May.
Ia mengungkapkan, saat itu kaos tersebut bisa laku 10 lusin dalam sehari. Harga jualnya untuk satuan lusin dipatok Rp 30 ribu/pcs. Apabila membeli satuan, dihargai Rp 35 ribu.
“Kalau dulu untuk penjualan baju bertuliskan tagar ganti presiden saja, bisa dapat hampir Rp 2 juta dalam sehari,” katanya.
Ia menambahkan jika dirinya tidak mengetahui secara jelas para pembeli kaus #2019GantiPresiden. May hanya mengatakan jika kebanyakan dari pembeli itu membeli kaus ini secara lusinan.
Menurutnya, yang paling penting bagi dirinya adalah semua dagangan yang ia jual laku keras, termasuk kaus #2019GantiPresiden.
“Kita mah jual aja, mbak. Enggak mau nanya. Saya juga nggak tahu sih siapa yang beli dagangan saya. Yang penting dagangan saya laku,” ungkapnya.
Berkah yang datang dari gerakan #2019GantiPresiden tidak hanya dinikmati oleh pedagang kaus, tetapi juga merambah ke pengusaha sablon.
Salah satu pengusaha sablon, Yatim mengaku jika banyak pedagang kaus yang memesan sablonan #2019GantiPresiden kepadanya untuk untuk dipasang pada kaus dan dijual kembali, saat tagar itu sedang ramai.
Selain pedagang, kata Yatim, juga terdapat beberapa komunitas atau organisasi yang ikut memakai jasa Yatim.
“Waktu ramai ya memang banyak pedagang ke sini buat mereka jual lagi. Tapi juga ada beberapa organisasi yang bikin di sini. Sengaja buat mereka saja, begitu,” jelas Yatim.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan