Jakarta, Aktual.com – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menuding kekisruhan rencana holding BUMN sektor Migas dikarenakan sentimen negatif dari praktik ‘busuk’ bisnis migas yang selama ini terjadi.
Dari hasil telaah Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan & Pariwisata, Kementerian BUMN, Edwin Hidayat Abdullah, kritik yang datang bukan pada persoalan stratejik holding, namun kritik tersebut pada persoalan kepercayaan dalam penyelenggaraan perusahaan.
“Ada 72 trader yang bermain, dan Pertamina mempunyai hak alokasi kepada 23 trader dan sebagiannya menjual ke PGN. Mereka (trader) nggak punya apa-apa (infrastruktur), so funny,” kata Edwin di Kampus UI Salemba Jakarta, Rabu (21/12).
Dalam beberapa bulan ini lanjunya, holding BUMN sektor migas menjadi pembicaraan terhangat di ruang publik diantara holding lainnya. Namun lagi-lagi konten kritik tersebut menyasar kepada praktik buruk yang terjadi, bukan mempermasalahkan konsep holding.
“Ini holding yang paling sederhana namun paling diributkan. Orang melihat bukan dari stratejik tapi karena kelakuan orang-orangnya. Teman saya dari fakultas di UI, dia mengkritik itu bukan dari stratejik tapi dari sisi pelaku yang saya akui banyak hal yang menyimpang. Tapi kalau melihat dari stratejiknya, seharusnya ini di-support,” tandas Edwin.
Seperti dipahami, konsep holding BUMN sektor migas yaitu melalui penggunaan anak usaha Pertamina yang bergerak di bisnis transportasi dan transmisi gas (Pertagas) akan berada di bawah PGN. Sementara PGN akan menjadi anak usaha Pertamina.
Laporan: Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan