Kupang, Aktual.com – Nama Weekuri berasal dari bahasa Sumba yang berarti air percikan. Sebutan ini karena danau tersebut terbentuk dari percikan air laut yang menembus batu karang sehingga membentuk laguna tersendiri.
Danau Weekuri tampaknya bukan termasuk wisata alam yang akrab di telinga wisatawan, baik turis mancanegara maupun nusantara karena letaknya yang cukup jauh dari pusat kota dan berada di daerah terpencil. Meski dianggap asing, danau ini menyuguhkan pemandangan menakjubkan. Di tempat tersebut, pengunjung dapat menyaksikan danau dan laut lepas sekaligus dari satu titik ketinggian di antara bebatuan karang.
Di Weekuri ini pula, pengunjung dapat menyaksikan hempasan gelombang laut yang memecah karang, buih-buihnya menerobos terowongan dan sela-sela karang membentuk danau nan hijau.
Di danau ini, pengunjung bisa bermandi ria dan berenang sepuas-puasnya. Warga juga menyiapkan ban mobil untuk mereka yang belum mahir berenang tanpa mematok harga, untuk alat berenang. Danau Weekuri merupakan danau air asin, berasal dari air laut yang menembus batu karang yang mengelilingi danau.
Oleh karena kadar garamnya tinggi, kata Oktavianus Dadu, warga desa itu, orang bisa mengapung tanpa harus menggunakan pelampung dalam waktu cukup lama.
Danau Weekuri dikelilingi oleh batuan cantik yang sering disambangi pengunjung sebagai tempat berteduh. Ada pula batuan gua yang membentuk bundaran seolah melindungi danau itu dari hempasan gelombang laut.
Kondisi ini menyebabkan air di Danau Weekuri yang berbentuk oval dengan panjang sekitar 150 meter dan lebar 50 meter itu lebih tenang dan tidak berombak. Selain itu, ada juga batuan karang yang dengan tumbuhan seperti kaktus. Di tengah-tengah karang juga menjadi tempat kawanan tawon untuk singgah dan berkembang biak.
Beberapa titik air di Danau Weekuri memiliki gradasi warna yang cantik. Ada yang berwarna biru, kehijauan, hingga putih dari pantulan dasar danau.
“Orang di desa ini menyebutnya danau air asin karena airnya berasal dari air laut yang masuk melalui lubang-lubang batu karang yang memisahkan laut dengan danau,” ucap dia.
Kedalaman Danau Weekuri berkisar 30 centimeter hingga 2,5 meter. Akan tetapi, saat air sedang pasang kedalaman danau bisa mencapai lima meter.
Dia menyarankan kepada wisatawan yang ingin mengunjungi objek wisata itu, sebaiknya mulai pukul 16.00 Wita hingga menjelang sore.
“Itu adalah waktu yang paling tepat karena anda bisa melihat air danau yang sangat biru dari pantulan sinar matahari yang telah bergerak ke barat dan melihat pemandangan ‘sunset’ (matahari terbenam),” kata dia.
Danau Weekuri terletak di Desa Moromanduyo, Kecamatan Kodi Utara, sekitar 60 kilometer utara Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya.
Untuk ke lokasi itu, pengunjung harus menempuh perjalanan selama sekitar 1,5 hingga dua jam dari Kota Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Di samping itu, pengunjung harus mengeluarkan biaya sebesar Rp800 ribu untuk menyewa mobil satu hari penuh, karena belum ada akses transportasi umum menuju lokasi itu.
Untuk menuju Weekuri, pengunjung bisa memilih jalan tengah trans Weetabula-Kodi Utara atau jalan pantai utara (pantura) yang sebagian besarnya sudah beraspal hotmix.
Jalan pantura ini juga langsung menuju Bandara Tambolaka, sehingga memudahkan wisatawan yang berkeinginan langsung kembali ke Pulau Jawa atau Bali setelah menikmati keindahan Danau Weekuri.
Walaupun lokasinya jauh dari pusat kota, Danau Weekuri masih tetap menjadi magnet para wisatawan lokal dan mancanegara.
Pada akhir pekan dan musim liburan, ratusan orang datang setiap harinya untuk menikmati pemandangan di Danau Weekuri sambil berswafoto.
Mulai ditata
Pemerintah Kabupaten Sumba Barat sejak 2016 mulai menata kawasan wisata ini secara bertahap, dengan membangun jembatan kayu agar wisatawan bisa menikmati pemadangan ke danau sekaligus ke lautan lepas sambil berswafoto dari ketinggian.
Ada juga tempat khusus bagi perenang yang mau melompat dari ketingian ke danau itu, selain membangun jalan rabat beton dan beberapa “lopo” dan rumah ganti serta rumah penjaga.
Walaupun pemerintah sudah menyiapkan sejumlah fasilitas untuk wisatawan yang berkunjung ke lokasi itu, para pengunjung tidak dipungut biaya.
Yustinus YK Lay, penjaga danau itu, mengatakan tidak menetapkan tarif, baik orang maupun kendaraan, yang masuk kawasan wisata itu. Akan tetapi, wisatawan diberi kesempatan sukarela untuk memberikan biaya masuk objek tersebut.
Hal tersebut, karena belum ada peraturan daerah (perda) tentang retribusi masuk kawasan wisata.
“Terserah pengunjung saja. Ada yang bayar Rp5.000 dan ada pula yang membayar sampai Rp20 ribu, serta ada banyak juga yang tidak membayar” katanya.
Damianus Dengi Wungo, petugas dari Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya berharap, pemerintah dan DPRD segera menerbitkan peraturan daerah tentang retribusi kawasan wisata itu.
Dia mengatakan pemerintah masih terus berupaya membenahi kawasan wisata itu.
Saat ini, kata dia, sedang dibangun pelataran parkir untuk kendaraan yang masuk kawasan itu serta bangunan untuk kuliner.
“Masih dibenahi dan tentu dilakukan secara bertahap karena membutuhkan anggaran cukup besar,” katanya.
Selian itu, masih ada sejumlah fasilitas pendukung yang perlu diadakan, seperti air bersih, penerangan, dan akses telekomunikasi ke kawasan itu.
“Saya bertugas di Weekuri bersama anak-anak. Kami mencatat keluhan pengunjung, seperti air bersih, penerangan, dan juga jaringan seluler,” katanya.
Jumlah kunjungan wisatawan ke lokasi itu rata-rata 75-100 orang per hari. Jumlah ini meningkat menjadi 300-400 orang pada hari libur panjang. “Destinasi ini tidak ada di daerah lain di Indonesia. Hanya ada di Sumba Barat Daya,” kata Muhammad Karim Saputra, seorang wisatawan.
Oleh karena itu, pemerintah tidak perlu segan-segan membenahi objek wisata ini, karena ke depan bisa memberi manfaat untuk daerah dan masyarakat sekitar kawasan wisata ini.
“Kita berharap, masyarakat sekitar harus dibina dan dibantu untuk memulai usaha, karena merekalah yang lebih pantas mendapatkan manfaat dari kunjungan wisatawan ke objek wisata ini,” katanya.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh: