Kebakaran yang melanda Gunung Merbabu terlihat dari Kopeng, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (20/8) malam. Kebakaran terjadi sejak Kamis siang dari arah Suwanting, Kabupaten Magelang, dan menyebar hingga malam hari. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc/15.

Jakarta, Aktual.com — Kebakaran hutan di Gunung Ciremai (3.078 Mdpl) telah mencapai Blok Pangasinan yang merupakan puncak timur laut gunung api tertinggi di Jabar itu.

“Kebakaran berawal dari Blok Sadarehe dan terakhir sudah mencapai blok Pangasinan yang berada di ketinggian 2.800 mdpl. Sekarang tinggal di dua titik yang belum padam,” kata Kepala Seksi Taman Nasional Wilayah 1 Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) Hawal Widodo.

Ia menyebutkan upaya pemadaman terus dilakukan oleh tim gabungan dari TNI, Polri, BPBD, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai, relawan serta masyarakat peduli Gunung Ciremai.

Kebakaran gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Majalengka, Kuningan dan Cirebon itu terjadi sejak Minggu (16/8) lalu. Dimulai dari blok Sadarehe kemudian meluas hingga ke kawasan Blok Pangasinan.

Kawasan blok Pangasinan sendiri merupakan jalur pendakian Gunung Ciremai dari Linggarjati Kabupaten Kuningan. Sedangkan blok Sadarehe yang juga jalur dakian berada di wilayah Kabupaten Majalengka.

Sementara itu Penasihan Masyarakat Peduli Gunung Ciremai (MPGC) Linggasana Nana ketika dihubungi menyebutkan kepulan asap dari Gunung Ciremai pada Sabtu pagi sudah mulai tidak kelihatan. Ia berharap hal itu sebagai pertanda kebakaran hutan di gunung itu segera berakhir.

“Hari ini saya memantau tidak ada kepulan asap yang besar dari lokasi kebakaran itu, tapi mudah-mudahan reda dan tidak ada bara yang bisa memicu kebakaran lagi,” kata Nana.

Ia bersama masyarakat di kawasan itu terus memantau, bahkan beberapa relawan termasuk dari pecinta alam Akar Kuningan juga sudah berangkat ke puncak Ciremai untuk ikut melakukan pemadaman.

“Pecinta alam Akar tadi bergabung dengan tim pemadam di puncak, mudah-mudahan saja bisa segera teratasi sehingga tidak meluas,” kata Nana.

Lebih lanjut Nana menyatakan di lokasi itu terdapat lokasi rawan kebakaran hutan yakni Blok Pasawahan dimana di lokasi itu ada bekas pengeboran yang dilakukan pada zaman Belanda.

Menurut dia blok Pasawahan itu ada bekas pengeboran gunung api itu dimana daerah itu memiliki tingkat kekeringan dan bisa memicu panas, terutama pada musim kemarau seperti saat ini.

“Lokasi itu pada musim hujan mungkin tidak berpotensi, namun pada saat kemarau bisa memicu kebakaran,” katanya.

Sementara itu aktivitas pendakian di kawasan Gunung Ciremai sudah ditutup sehingga saat ini tidak ada aktivitas pendakian di kawasan itu. Ia tidak mengetahui Balai Taman Nasional Gunung Ciremai akan menutup jalur pendakian di kawasan itu.

“Mungkin hingga hutan kondusif lagi,” katanya.

Ia mengimbau kepada para pendaki atau masyarakat umum untuk waspada dan ikut menjaga hutan dari kebakaran. Salah satunya tidak membuang puntung rokok atau membuat tungku di hutan pada musim kemarau seperti saat ini.

“Harapan saya berlaku di mana saja, agar masyarakat ikut menjaga hutan dan tidak beraktivitas yang bisa memicu kebakaran hutan,” kata Nana.

Kawasan TNGC memiliki topografi yang bergelombang, berbukit dan bergunung membentuk kerucut dengan ketinggian mencapai 3.078 mdpl.

Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan, kawasan TNGC termasuk ke dalam dua kabupaten yaitu Kabupaten Kuningan (bagian timur) dan Kabupaten Majalengka (bagian barat) dengan luas sekitar 15.518,23 Ha Tipe ekosistem hutan yang berada di kawasan TNGC secara umum merupakan tipe hutan dataran rendah (2- 1.000 mdpl), hutan hujan pegunungan (1.000 – 2.400 mdpl) dan hutan pegunungan atas (> 2.400 mdpl).

Di dalam tipe ekosistem tersebut terdapat keanekaragaman hayati yang tinggi berupa keanekaragaman flora, fauna, dan potensi wisata. Flora yang ditemukan di kawasan tersebut berdasarkan hasil eksplorasi sebanyak 57 jenis.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid